Yogyakarta punya kue khas yang bentuknya mirip bunga pohon waru. Namanya kue kembang waru yang konon sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram.
Kecamatan Kotagede, Yogyakarta dikenal sebagai daerah pengrajin perak. Wilayah ini juga menyimpan banyak jejak sejarah Yogyakarta. Good News From Indonesia (GNFI) menjelaskan dulu kerajaan Mataram pernah berdiri di Kotagede.
Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan yang khas di sana. Begitu juga dengan kuliner Kotagede yaitu kue kembang waru. Detikfood (19/2) mengutip informasi ini atas seizin GNFI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kue kembang waru disebut sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram. Konon dulu para sahabat keraton membuat kue ini karena ada banyak pohon waru di sekitaran Kotagede.
![]() |
Karena pohon tersebut tidak berbuah, para sahabat keraton lantas beride membuat kue yang diberi nama 'kembang waru'. Kue ini juga sering jadi sajian jamuan di keraton.
Baca Juga: Asyiknya Jalan-jalan dan Jajan Sore di Pasar Kotagede
Kini kue kembang waru bisa dinikmati siapa saja karena sudah dijual untuk umum, walaupun tak banyak. Salah satu penjual kue kembang waru yang masih bertahan adalah Basiran Hargito.
Ia memproduksi kue kembang waru di rumahnya yang ada di Kampung Bumen. Wilayah ini memang dikenal sebagai sentra kue kembang waru. Pada tahun 2018, Basiran dibantu istrinya menjalankan usaha ini.
![]() |
Kepada detikfood (21/8/18), Basiran mengaku menggunakan resep turun temurun untuk membuat kue ini. Bahan yang digunakan antara lain tepung terigu, telur ayam, gula, susu, vanili, dan mentega.
Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi adonan lalu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk bunga waru. Cetakan itu sebelumnya sudah dioles mentega. Setelah itu adonan dipanggang di oven kuno.
Uniknya oven untuk membuat kue kembang waru masih menggunakan arang sebagai bahan bakarnya. Arang itu akan ditempatkan di atas dan di bawah oven.
Basiran mengaku menjual kue kembang waru di zaman sekarang bukanlah hal mudah. Kadang kala sepi pembeli, namun ia tetap mempertahankan kualitasnya.
![]() |
"Kalau orang biasanya mengejar target, kalau saya mengejar konsumen. Konsumen pasti akan menandai. Pasti mereka memilih yang berkualitas. Kalau saya memiliki 4 pedoman, yakni kualitas terjaga, harga terjangkau, pelayanan baik, dan tepat waktu," ujarnya.
Dalam sehari, Basiran bisa memproduksi kue kembang waru sebanyak 400-500 buah. Banyak pelanggan datang langsung ke rumahnya untuk membeli kue kembang waru.
Baca Juga: Manis dan Harumnya Kue Kembang Waru, Kue Jadul dari Kotagede
(adr/odi)