5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi

Riska Fitria - detikFood
Kamis, 29 Okt 2020 13:00 WIB
5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi
Foto: Instagram @dinas_kominfokendal
Jakarta -

Di Kaliwungu, Kendal, ada tradisi unik untuk merayakan Maulid Nabi. Disebut tradisi weh-wehan yang berupa saling berbagi makanan.

Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang disebut dengan Maulid Nabi merupakan hari penting bagi umat Muslim. Karenanya banyak dirayakan dengan tradisi-tradisi lokal yang unik.

Bukan hanya unik, tetapi juga sarat akan makna. Seperti tradisi weh-wehan yang dilakukan oleh masyarakat Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tradisi tersebut, masyarakat akan saling menukar dan berbagi makanan. Makanan yang disajikan juga memiliki filosofi tersendiri.

Berikut 5 fakta tradisi weh-wehan di Kaliwungu.

ADVERTISEMENT

1. Apa Itu Tradisi Weh-wehan?

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi Foto: Instagram @dinas_kominfokendal

Weh-wehan merupakan tradisi untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

Kata weh-wehan sendiri berasal dari kata 'weh' dalam bahasa Jawa yang artinya 'memberi'. Tradisi ini juga dikenal dengan sebutan ketuwinan yang artinya 'menengok yang lebih tua'.

Jadi dalam tradisi ini, warga sekitar akan merayakan hari Maulid Nabi Muhammad SAW dengan saling berkunjung untuk memberi dan menukar makanan kepada tetangga, saudara dan teman.

Biasanya yang lebih muda akan berkunjung ke rumah yang lebih tua. Tradisi weh-wehan dilakukan mulai sore hari hingga malam menjelang sholat isya.

Baca Juga : Sajian Maulid Nabi: Kuah Beulangong hingga Nasi Tumpeng

2. Sejarah Tradisi Weh-wehan

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi Foto: Instagram @dinas_kominfokendal

Tradisi yang diadakan setahun sekali ini sudah ada sejak zaman para wali. Saat itu ada Kyai Guru yang merupakan seorang ulama utusan dari kerajaan Mataram Islam.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Kyai Guru itu yang menyebarluaskan ajaran Islam di kecamatan Kaliwungu.

Kyai Guru tiba di Kaliwungu sekitar tahun 1850 saat zaman VOC. Dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, Kyai Guru tersebut meminta masyarakat sekitar untuk membawa makanan semampunya.

Makanan itu nantinya akan dibagi-bagikan kepada sesama. Itu dilakukan Kyai Guru untuk mempererat tali persaudaraan. Dan hingga kini tradisi itu dikenal dengan sebutan weh-wehan.

3. Jenis Makanan yang Tersedia

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi Foto: Instagram @dinas_kominfokendal

Saling memberi dan menukar makanan dalam tradisi weh-wehan ini akan tersedia berbagai jenis makanan. Mulai dari makanan berat hingga jajanan kecil.

Biasanya akan tersedia kue apem yang menurut masyarakat Kaliwungu adalah simbol permohonan maaf. Kemudian ada nasi uduk yang dijadikan simbol keselamatan dan kesejahteraan Nabi Muhammad SAW.

Ada ambegan atau nasi yang dilengkapi dengan lauk-pauk. Makanan ini merupakan perlambang silaturahmi. Tersedia juga jajanan pasar yang memiliki makna keberkahan dan kemakmuran.

Untuk buah-buahan biasanya ada pisang raja yang merupakan simbol dari harapan agar hidup selalu berbuat hal mulia dan berguna, seperti seorang raja.

4. Makanan yang Wajib Ada

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi Foto: Instagram @dinas_kominfokendal

Diantara berbagai makanan yang telah disebutkan, ada beberapa sajian makanan yang wajib ada dalam perayaan tradisi weh-wehan ini.

Salah satunya ada sumpil. Sumpil merupakan nasi yang dicampur dengan kelapa lalu dibungkus dengan daun bambu. Bentuknya segitiga.

Sumpil enak disantap dengan parutan kelapa dan bumbu sambal. Adanya sumpil juga memiliki makna filosofi tersendiri, yaitu sebagai lambang keseimbangan hidup manusia antara sesama manusia

Selain itu juga ada ketan warna-warni. Makanan ini biasa disebut mie abang ijo. Dinamakan demikian karena ketannya dibuat berwarna merah dan hijau.

Ketan tersebut diberikan topping berupa kelapa parut, gula pasir atau gula merah cair. Ketan juga memiliki makna, yaitu sebagai wujud memeriahkan, rasa syukur dan untuk mempererat tali silaturahmi.

5. Makna Tradisi Weh-wehan

5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi5 Fakta Tradisi Weh-wehan Saat Peringatan Maulud Nabi Foto: Instagram @dinas_kominfokendal

Tradisi Weh-wehan di kecamatan Kaliwungu dilakukan untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dimaksudkan untuk meneladani sifat nabi Muhammad SAW yang suka berbagi terhadap sesama.

Dalam tradisi ini yang saling memberi dan menukar makanan bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi yang terjalin di antara masyarakat setempat.

Selain itu, tradisi ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Itu bisa mengajarkan anak-anak untuk punya rasa sosial dan hormat kepada yang lebih tua.

Baca Juga : Tradisi Maulid Nabi di Madura hingga Banyuwangi




(raf/odi)

Hide Ads