Makanan yang terbuat dari darah hewan dinilai ekstrem oleh sebagian orang. Tapi ternyata darah hewan sudah konsumsi sejak dulu dan populer di berbagai negara.
Tak hanya di Asia saja, konsumsi darah hewan juga cukup populer di Eropa dan negara barat lainnya. Darah hewan dianggap sebagai bahan makanan yang enak, bernutrisi sekaligus sebagai obat tradisional yang ampuh.
Baca Juga: Kisah Leonarda Cianciulli, Pembunuh yang Bikin Kue dari Campuran Darah Korbannya
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya mengapa kita tidak mengonsumsi darah? Tentunya ada beberapa wilayah yang tidak konsumsi darah hewan, seperti negara Muslim contohnya. Tapi di China sendiri hewan harganya sangat mahal, sehingga orang-orang tidak mau membuang bagian apapun dari hewan," jelas Miranda Brown, selaku Profesor Studi China di University of Michingan, Amerika.
![]() |
Dilansir SCMP (06/08), Miranda mengungkapkan bahwa banyak orang suka dengan darah hewan karena rasanya yang enak. Selain itu bisa meningkatkan kesehatan dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Di Taiwan contohnya, banyak penjual makanan kaki lima yang menyajikan sosis darah babi dengan kecap. Sementara di China, orang-orang suka menyantap bubur dengan potongan darah babi yang dikukus dan teksturnya mirip seperti tahu.
Selain darah babi, darah dari ayam, sapi, sampai bebek pun populer jadi campuran untuk membuat mie hingga sup hot pot di China. Popularitas darah hewan sebagai makanan juga tinggi di Korea, Tibet, hingga India.
![]() |
Budaya kuliner konsumsi darah hewan ini juga sangat kuat di Thailand dan Vietnam. Kebanyakan hidangan sup atau mie mereka menggunakan potongan sosis dari darah babi.
"Di Vietnam ada makanan yang namanya Tiet Canh sejenis puding darah mentah. Biasanya menggunakan darah babi, bebek atau ayam," lanjut Miranda.
Untuk di Jepang, hidangan darah hewan memang kurang populer. Tapi dulu sempat ada catatan bahwa darah kura-kura populer jadi obat di sana.
![]() |
Sementara negara Barat, ada sosis darah yang sudah dikenal ribuan tahun lalu dan populer di Eropa. Sosis ini biasanya dibuat menggunakan campuran darah babi segar yang baru saja disembelih. Di Inggris, sosis darah jadi menu sarapan yang populer.
Meski bentuknya serupa, tapi setiap negara di Eropa memiliki ciri khas sosis darah sendiri. Seperti di Prancis, di mana sosis darah dikenal dengan nama 'boudin noir'. Lalu ada 'morcilla' sosis darah khas Spanyol, sampai 'blutwurst' di Jerman. Hampir semuanya dibuat menggunakan darah babi.
"Babi selalu menjadi sumber makanan utama, hampir semua orang menyantap seluruh bagian babi. Jaman dulu kebanyakan keluarga menyembelih babi di halaman belakang rumah mereka," jelas Gianfranco Bonacci selaku pakar kuliner Italia.
![]() |
Meski konsumsi darah ini menuai pro dan kontra, tapi banyak orang percaya bahwa darah hewan mengandung banyak protein dan zat nutrisi lain yang baik untuk tubuh.
Selain di Eropa dan Asia, budaya minum darah juga diterapkan di suku Maasai yang ada di Kenya dan Tanzania. Di sana mereka terbiasa meminum darah sapi sebagai bagian dari ritual hingga upacara adat lainnya.
Baca Juga: Suku Maasai di Kenya Ini Hobi Minum Darah Sapi yang Masih Segar
(sob/odi)