Selain kucing hitam yang diburu di Vietnam, empedu beruang juga jadi obat populer virus corona di China. Hal ini mengundang pro dan kontra.
Pada bulan April lalu ketika China masih dalam tahap pemulihan usai lockdown selama berbulan-bulan, muncul obat baru yang disarankan oleh pemerintah. Obat ini dikenal dengan nama Tan Re Qing. Berupa suntikan yang mengandung empedu beruang untuk pasien kritis virus Corona.
Empedu beruang ini dinilai ampuh untuk mengobati virus corona. Meski banyak pelindung hewan dan organisasi pecinta hewan yang menentang empedu beruang untuk dimasukkan ke dalam daftar obat. Hal ini dinilai kontradiksi bagi para pencinta hewan karena sebelumnya China sudah mencabut izin pedagangan daging hewan liar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum adanya pandemi virus Corona, empedu beruang memang populer dijadikan sebagai obat tradisional di China. Bahkan banyak beruang yang diternak khusus untuk diambil empedunya, praktik ini mirip seperti ternak hati angsa atau foie gras di beberapa negara Eropa.
Dilansir dari National Geographic (02/07), berikut lima fakta menarik seputar empedu beruang.
Baca Juga: Disebut Jadi Obat Corona, Daging Kucing Hitam Diburu di Vietnam
1. Industrinya ada sejak dulu
![]() |
Dikenal juga dengan nama beruang empedu, beruang yang satu ini dipelihara khusus di penangkaran untuk diambil empedunya. Empedu beruang sejak dulu menjadi komoditas populer untuk digunakan sebagai obat tradisional di China.
Menurut data yang dihimpun dari The Guardian, pada tahun 2015 saja setidaknya ada 12,000 ekor beruang yang diternak khusus untuk diambil empedunya. Peternakan ini tersebar di China, Korea Selatan, Laos, Vietnam dan Myanmar.
Berbeda dengan jenis beruang lainnya, biasanya peternak memilih jenis beruang hitam asiatik untuk ternak empedu. Tapi beberapa peternak juga suka menggunakan beruang madu meski populasi beruang ini diambang kepunahan.
2. Empedu beruang sebagai obat
![]() |
Karena dipercaya dapat mengobati berbagai jenis penyakit, empedu beruang jadi peluang usaha yang menguntungkan bagi banyak orang. Biasanya empedu beruang yang sudah diternak diambil dengan teknik bedah yang amatir.
Terkadang proses pengambilan empedu ini menyiksa beruang di mana banyak beruang yang mati saat proses ini. Selain itu sanitasi kandang yang buruk membuat kondisi beruang semakin menyedihkan. Kebanyakan beruang empedu disimpan di dalam kandang yang sangat kecil.
Ukuran tubuh beruang yang besar membuat hewan malang ini kesulitan untuk berdiri atau duduk tegak di dalam kandang. Banyak beruang empedu yang mengalami stres, luka, hingga rasa sakit karena otot-otot mereka tertekuk.
3. Belum ada bukti nyata
![]() |
Meski perdagangan empedu beruang ini masih populer hingga sekarang. Tapi nyatanya belum ada penelitian atau bukti medis nyata tentang khasiat empedu beruang ini.
Bahkan banyak dokter-dokter di China yang melarang konsumsi empedu beruang sebagai obat. Padahal empedu beruang ini sudah digunakan di dunia medis tradisional di Asia selama ribuan tahun.
Empedu beruang diklaim mengandung kadar ursodeoxycholic acid (UDCA) yang tinggi, dan bisa mengobati hati hingga permasalahan kandung empedu. Namun sekarang banyak obat herbal dan pengobatan lainnya yang memiliki kandungan sama dari UDCA.
4. Harganya mahal
![]() |
Di China sendiri mengonsumsi empedu beruang untuk obat tidak dilarang. Tapi menangkap beruang liar untuk diambil empedunya merupakan tindakan ilegal yang melarang hukum. Sama seperti hewan eksotik lainnya empedu beruang ini punya harga mahal.
Kisaran harga empedu beruang ini tak banyak berubah selama beberapa puluh tahun terakhir. Harganya tetap tinggi di pasaran. Di Jepang harga empedu beruang ini kisarannya mencapai angka USD 153 (Rp 2,2 juta) per gram.
Harga ini sangat mahal karena setara dengan harga emas. Bahkan di pasar asing harga satu buah empedu beruang nilanya bisa mencapai ribuan dollar Amerika tergantung ukurannya.
5. Mengancam kesehatan manusia
![]() |
Meski dipasarkan sebagai obat, tapi empedu beruang bisa mengancam kesehatan manusia. Hal ini diungkapkan oleh Aron White, selaku pecinta hewan yang tergabung dalam organisasi Environmental Investigation Agency (EIA).
"Dimakan sebagai makanan atau obat, daging hewan liar ini memiliki risiko yang tinggi untuk kesehatan manusia. Semua hewan liar yang disembelih, dikumpulkan, disimpan dan dikonsumsi memiliki risiko yang sama," jelas Aron.
"Peternakan beruang sampai peternakan macan juga punya isu kesehatan yang sama," lanjut Aron. Hal ini berkaitan dengan lingkungan peternakan yang buruk, proses penyembelihan daging yang kotor, hingga cara mengemasnya yang bisa membahayakan kesehatan.
Baca Juga: Disebut Bisa Jadi Obat Corona, Kenali 5 Fakta Soal Jamu Temulawak
(sob/odi)