Tak banyak yang tahu soal Erna Djajadiningrat, wanita tangguh ini bertanggung jawab atas bekal makan para pejuang. Di dapur umum, Erna memasak makanan untuk pejuang kemerdekaan.
Pengorbanan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Semua rakyat ikut andil memperjuangkan kemerdekaan, termasuk para wanita.
Salah satu wanita tangguh yang berjuang untuk membantu kemerdekaan Indonesia adalah Erna Djajadiningrat. Wanita kelahiran Serang, Banten 4 Maret 1911 ini punya peran besar dalam menyiapkan perbekalan dan makanan para pejuang kemerdekaan.
Dilansir dari berbagai sumber, Erna bersama dua rekannya Suwarni Pringgodigdo dan Maria Ulfah mendirikan organisasi Wani (Wanita Indonesia) pada tahun 1945. Dalam bahasa Sunda dan Jawa, Wani artinya adalah berani. Ya, Erna memang gencar menyuarakan hak para wanita.
Dikutip dari buku Seperempat Abad Badan Penghubung Organisasi-orgaisasi Wanita (BPOW), Erna memiliki tugas penting di dapur umum. Dapur yang digerakkan oleh organisasi Wani ini dibentuk untuk memfasilitasi para pejuang kemerdekaan agar lebih mudah mendapatkan pasokan makanan.
1. Dapur umum di Mampang, Jakarta Selatan
![]() |
Terbentuknya dapur umum ini adalah atas gagasan Ir. Soekarno yang ingin membuat para pejuang bisa mendapatkan makanan dengan cukup. Erna saat itu ditunjuk sebagai penanggung jawab.
Dapur umum ini awalnya berlokasi di Jalan Mampang No 47, Jakarta Selatan. Bangunan yang jadi pusat dapur ini tak lain adalah rumah Erna. Kemudian lambat laun, dapur umum berpindah lokasi ke Jalan Pegangsaan Timur No. 19, Jakarta.
Baca juga : Tiwul hingga Leughok, 5 Makanan Bekal Pahlawan Saat Perang Lawan Penjajah
2. Menghimpun bahan makanan
Layaknya dapur umum lainnya, di kediaman Erna ini juga jadi tempat menghimpun bahan makanan dan kebutuhan pokok bagi para pejuang. Aneka bahan makanan seperti ikan asin, daging kering, gula, kopi, beras dan aneka bahan makanan lain diolah di dapur umum.
Setelah menjadi masakan siap santap, barulah dikirim ke garis terdepan tempat para pejuang berkumpul. Proses distribusi makanan ini dilakukan oleh Anggota Barisan Putri Indonesia serta para ibu-ibu pekerja. Hampir setiap prosesnya dilakukan oleh kaum wanita.
"Dapur umum Wani menyediakan makanan nasi bungkus untuk beratus-ratus orang dari Badan Keamanan Rakyat, Polisi Umum, dan Jawatan Kereta Api," tulis Rosihan Anwar dalam buku Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Volume 3.
3. Dapur umum beroperasi secara kerja sama
![]() |
Dapur umum Wani pimpinan Erna ini tidaklah bekerja sendiri, dapur ini beroperasi atas kerjasama dengan beberapa pihak. Ada beberapa tokoh penting di balik pengoperasian dapur umum ini seperti Walikota Jakarta Soewirjo, Mayor Oetaryo dari Kantor Perhubungan Tentara, Mayor Kemal Idris dan Resimen Tangerang serta Mufraeni dari Resimen Cikampek.
Menjalani dapur umum yang melayani ratusan porsi makanan untuk para pejuang tidaklah mudah. Erna dan para anggota Wani patut diacungi jempol karena ikut berjuang dengan caranya sendiri.
"Erna yang dijuluki "Si Nona Keras kepala" oleh Jepang dalam menyelenggarakan dapur umum benar-benar berkarakter wani atau berani. "Ketika saya di redaksi Merdeka mendengar berita bahwa rumah tempat Erna bekerja ditembaki serdadu NICA-Belanda yang lewat, sama sekali Erna tidak panik, tetap tenang. Itulah sosok wanita pejuang," kata Rosihan."
4. Pernah diperiksa Belanda
![]() |
Menjalani dapur umum saat masa penjajahan bukan tanpa rintangan. Erna bahkan pernah diperiksa oleh tentara Belanda yang mengetahui kegiatan dapur umum ini. Meski sudah ketahuan, Erna tetap berani pasang badan.
Ia dengan tegas mengatakan kalau dapur umum ini beroperasi untuk membantu memberi makan orang yang kurang mampu. Padahal kegiatan distribusi makanan kepada pejuang tetaplah berlangsung.
Baca juga : Rijsttafel, Warisan Kuliner Masa Kolonial Abad 19 yang Masih Eksis
5. Erna menerima penghargaan Bintang Gerilya
![]() |
Atas jasa-jasanya, Erna kemudian mendapat kehormatan untuk menerima penghargaan Bintang Gerilya. Penghargaan yang diberikan pada 5 Oktober 1949 ini sekaligus mencatat Erna sebagai perempuan pertama yang mendapat gelar Bintang Gerilya.
Erna sempat menjadi anggota DPRDS Jawa Barat serta menjadi kepala urusan pendidikan wanita pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Erna menghembuskan nafas terakhir pada 8 November 1984 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata.