Bantal bulu angsa terkenal nyaman dan empuk saat digunakan namun ternyata ada kejadian sadis saat proses pembuatan. Bulu angsa dicabut dengan paksa.
Dikutip dari unggahan akun Facebook Earth in Crisis (10/6) ditampilkan proses membuat bantal bulu angsa. Beberapa foto menunjukkan aksi sadis bagaimana proses mendapatkan bulu angsa.
Angsa-angsa malang ini sengaja dirawat di peternakan bukan untuk diambil hati atau dagingnya tetapi hanya untuk diambil bulunya. Yang membuat banyak orang geram, bulu angsa ini diambil dengan cara dicabut paksa. Tentu saja angsa akan merasa tersiksa, apalagi jika dilihat dari bagian tubuhnya yang merah karena mengalami pendarahan di bagian kulit.
![]() |
Baca juga : Ini Proses Pembuatan Foie Gras, Makanan Khas Prancis yang Kontroversial
Untuk membuat bantal, selimut dan barang-barang lainnya, angsa dicabuti sampai tubuh mereka berdarah. Bukan hanya itu, kekejaman industri ini juga meliputi produk foie gras dan daging angsa. Banyak peternak yang meraup keuntungan berlipat dengan menjual bulu angsa.
Seperti pada foie gras atau hati angsa. Angsa diternakkan dengan pakan khusus supaya hatinya membesar untuk dikonsumsi. Maka banyak restoran yang menghentikan penyajian foie gras yang mahal. Tak beda dengan foei gras, satu-satunya cara untuk menghentikan pencabutan bulu angsa hidup ini adalah dengan menghentikan pembelian produk berbahan bulu angsa.
"Harap dicatat - kekejaman terhadap binatang juga ditemukan pada kulit, wol, industri bulu dan produk kulit eksotis lainnya seperti produk kulit ular dan buaya." tulis postingan pada akun Facebook ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kemudian unggahan ini banyak dibagikan ulang oleh netizen, salah satunya pengguna akun twitter @malegorgon. Ia menyangka kalau alat tidur bulu angsa dibuat dari angsa yang sudah mati.
"Selama ini gue pikir bantal/guling dibuat dari angsa yang udah mati. Ternyata..." tulis @malegorgon.
Cuitan ini tak kalah ramai, meskipun baru diunggah pada 19 Juni 2020, sudah diretweet hingga 12 ribu kali dan mendapat ribuan komentar.
Foto-foto yang dibagikan ini menunjukkan angsa putih berbulu lembut namun bagian dada hingga kakinya tidak memiliki bulu melainkan hanya lapisan kulit warna merah pekat.
Warna merah ini bukanlah warna alami kulit angsa melainkan luka pendarahan akibat pencabutan paksa bulu angsa. Setelah dicabuti, angsa akan dibiarkan hidup.
![]() |
Produk dari bulu angsa sebenarnya bukanlah hal baru. Ada beberapa barang yang dibuat dengan bulu angsa seperti bantal, guling, selimut hingga mantel musim dingin. Namun tidak semua produk ini dibuat dengan cara menyiksa angsa karena produk bersertifikat dibuat dari bulu angsa yang sudah mati.
Cuitan ini kemudian memancing banyak orang untuk berkomentar. Beberapa orang bahkan baru tahu kalau angsa mengalami penyiksaan untuk mendapatkan bulunya.
Baca juga : Mewah Tapi Dikecam, 5 Daerah Ini Larang Warganya Santap Foie Gras
"Makanya aku hindari beli peralatan winter yg pake goose down. Udah tau soal ini sebelumnya Wajah menangis lebih baik pake yg fill-nya pake polyester atau bamboo," ujar satu netizen.
"Utk brand2 besar biasanya udah tersertifikasi, namanya Responsible Down Testing (RDS), pasti ada di labelnya, selama sudah certified terjamin sudah melewati proses yg distandardisasi internasional (no animal cruelty," beber netizen lain.
"Sebagai orang yang pernah wax bulu kaki, gue gak kebayang sih sakitnya angsa kaya gimana dicabutin bulunya sebadan sampai berdarah," sahut netizen.
Isu penyiksaan angsa sebenarnya bukan kali ini saja menjadi bahan perbincangan hangat. Angsa juga mengalami penyiksaan oleh para peternak untuk mengambil bagian hatinya. Untuk mendapatkan hati angsa yang bagus dan besar, para peternak memaksa angsa untuk banyak makan dan minum tanpa henti.
(dvs/odi)