Selain Kelelawar, Tulang Singa Juga Diburu di China Untuk Obat dan Wine

Selain Kelelawar, Tulang Singa Juga Diburu di China Untuk Obat dan Wine

Sonia Basoni - detikFood
Sabtu, 20 Jun 2020 13:00 WIB
Tulang Singa Jadi Obat dan Wine
Foto: iStock/Oriental Daily/Ian Michler
Jakarta -

Selain kelelawar yang populer dijadikan obat dan makanan di China, tulang singa pun diburu di sana untuk dijual sebagai obat hingga olahan wine.

Meski tidak sepopuler kelelawar atau trenggiling, tapi ternyata banyak orang yang diam-diam menyelundupkan singa untuk diambil tulangnya dan dikirim ke China. Hal ini diketahui dari banyaknya peternakan singa di Afrika Selatan yang membunuh ratusan singa.

Baca Juga: Ular Hingga Singa, Ini 5 Restoran yang Tawarkan Sensasi Makan dengan Hewan Buas

Dilansir dari Red Chilli21 (20/06), semua peternakan ini akan membesarkan ratusan singa kemudian hewan-hewan malang ini akan ditembak atau disembelih. Fakta ini terungkap lewat buku 'Unfair Game' yang ditulis oleh Lord Ashcroft.

Tulang Singa Jadi Obat dan WineTulang Singa Jadi Obat dan Wine Foto: iStock/Oriental Daily/Ian Michler



Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tulang singa menjadi barang berharga yang dikirim ke China dan beberapa negara di Asia Tenggara untuk mencukupi permintaan pasar. Biasanya tulang-tulang singa ini digunakan sebagai obat tradisional yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Bahkan banyak juga yang membuat tulang-tulang singa ini menjadi minuman seperti wine hingga perhiasan eksotik yang berharga fantastis.

Beberapa singa sering diambil tulangnya dalam keadaan hidup-hidup, tujuannya agar warna tulang lebih berwarna kemerahan dari darah yang menempel. Jenis tulang berwarna merah ini harganya bisa mencapai Β£3,200 (Rp 56,7 juta) untuk kerangka satu ekor singa.

Tulang Singa Jadi Obat dan WineTulang Singa Jadi Obat dan Wine Foto: iStock/Oriental Daily/Ian Michler



Tapi ternyata konsumsi tulang singa ini memiliki efek samping pada kesehatan tubuh. Menurut Dokter Peter Caldwell selaku pengurus organisasi hewan liar di Pretoria menjelaskan bahwa tulang singa bisa menyebabkan penyakit botulisme.

Penyakit langka yang menyeram sistem saraf ini bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Botulisme biasanya menyerang para singa yang hidup dalam lingkungan kotor dan penyakit ini bisa menular ke manusia dari tulang yang terinfeksi atau kulit singa.

"Clostridium botulinum adalah bakteri yang menghasilkan spora dan racun dan dapat tumbuh di dalam daging dan tulang dari hewan yang sudah mati. Jika singa-singa ini mati karena botulisme, kebanyakan peternak tidak akan mau membuangnya dan tetap menjual daging dan tulang ke konsumen," jelas Dokter Peter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tulang Singa Jadi Obat dan WineTulang Singa Jadi Obat dan Wine Foto: iStock/Oriental Daily/Ian Michler



Tentu saja racun dalam tulang singa ini bisa menular ke manusia yang bisa berakibat kematian. Selain itu konsumsi tulang singa juga dikaitkan dengan tingginya risiko infeksi dari bakteri yang menyebabkan radang demam hingga tuberclosis. Penyakit ini dikenal dengan nama brucellosis yang masuk ke dalam penyakit langka.

Dokter Peter kembali mengingatkan bahwa tingginya perdagangan tulang singa bisa menyebabkan wabah penyakit baru di masa yang akan datang.

"Jadi apakah kita akan diam begitu saja sebelum menghadapi pandemi terbaru dari industri tulang singa? Ini bisa jadi virus atau infeksi baru yang menakutkan seperti COVID-19," tutup Lord Aschroft dalam bukunya.

Sebelumnya pemerintah China sudah mengambil langkah tegas dengan melarang perdagangan hewan liar untuk sementara waktu. Sementara itu mereka juga mengeluarkan kelelawar dan trenggiling dari daftar obat-obatan di China.

Baca Juga: China Coret Kelelawar dan Trenggiling Dari Daftar Obat Tradisional




(sob/odi)

Hide Ads