Ketupat Hidangan Ikonik Lebaran Sudah Dikenal Sejak Abad 15

Lebaran di Rumah Aja

Ketupat Hidangan Ikonik Lebaran Sudah Dikenal Sejak Abad 15

Devi Setya - detikFood
Selasa, 19 Mei 2020 18:00 WIB
Ketupat Hidangan Ikonik Lebaran Sudah Dikenal Sejak Abad 15
Foto: istimewa
Jakarta - Saat lebaran, ada hidangan yang tak pernah absen dari meja makan yakni ketupat. Bukan hanya sekedar makanan, ketupat punya sejarah dan makna mendalam.

Kurang lengkap rasanya merayakan momen Lebaran tanpa menikmati seporsi ketupat dengan opor ayam dan sayur pepaya muda. Tradisi makan ketupat bagi masyarakat Jawa dan beberapa daerah lainnya ternyata sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Hidangan yang terbuat dari beras terbungkus kulit anyaman daun kelapa ini diyakini sebagai salah satu media penyebaran agama Islam di masa lampau. Karena mengandung makna mendalam, ketupat juga dianggap sebagai hidangan istimewa.

Berikut beberapa fakta unik seputar ketupat.

1. Sejarah ketupat

ketupat Foto: istimewa

1. Sejarah ketupat
Ketupat diketahui sudah menjadi hidangan yang hadir pada momen istimewa sejak ratusan tahun lalu. Jika ditelusuri sejarahnya, ketupat sudah dibuat sejak zaman Kerajaan Demak.

Menurut Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda, dalam karya tulisnya Malay Annual, ketupat pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Sejarawan yang khusus menuliskan sejarah Jawa ini menjelaskan ketupat yang dimaksud adalah beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda dan kemudian dimasak hingga matang dan teksturnya padat. Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga dalam rangka menyebarkan agama Islam.

Baca juga : 5 Tips Bikin Ketupat yang Empuk, Lembut dan Tahan Lama

2. Dijadikan media penyebaran agama Islam

ketupat Foto: istimewa

2. Dijadikan media penyebaran agama Islam

Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat untuk pertama kali dalam rangka berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Dahulu masyarakat Jawa sulit percaya agama Islam karena lebih dulu menganut kepercayaan sendiri yang kini dikenal dengan istilah Kejawen.

Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya. Ketupat merupakan salah satunya yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.

Berkat ketupat, penyebaran agama Islam pun akhirnya bisa diterima luas, banyak yang pada akhirnya memeluk agama Islam. Ketupat inilah yang akhirnya jadi salah satu makanan ikonik yang kerap hadir ketika momen hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

3. Filosofi ketupat

ketupat Foto: istimewa

3. Filosofi ketupat
Setiap bagian dari ketupat memiliki makna dan filosofi mendalam. Mulai dari penggunaan daun kelapa muda, bentuk ketupat hingga teknik menganyam ketupat.

Penggunaan daun kelapa muda sebagai bungkus ketupat memiliki makna tersendiri. Daun kelapa muda dalam bahasa Jawa disebut janur yang merupakan akronim dari 'Jannah Nur' yang artinya 'Cahaya Surga'.

Janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari 'Jatining Nur' atau dalam bahasa Jawa artinya 'hari nurani'. Selain itu, pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.

Sementara beras dimaknai sebagai nafsu duniawi. Bentuk segi empat ketupat menggambarkan prinsip "kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)", yang memiliki makna "ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah".

Secara keseluruhan, ketupat memiliki makna sebagai nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

4. Arti ketupat dalam filosofi Jawa

ketupat Foto: istimewa

4. Arti ketupat dalam filosofi Jawa

Dalam filosofi Jawa, ketupat bukanlah sekedar hidangan khas Hari Raya Lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Sementara Laku papat artinya empat tindakan.

Salah satu impelemtasi ngaku lepat adalah tradisi sungkeman di hadapan orang tua. Tradisi ini dilakukan saat Idul Fitri. Anak meminta maaf kepada orang tua, sekaligus mengajarkan budaya supan santun pada orang yang dituakan.

Sementara laku papat atau empat tindakan, mengacu pada istilah Lebarab, Luberan, Leburan dan Laburan.

Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah saat jelang Idul Fitri yakni zakat fitrah.

Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan.

Dan terakhir laburan berasal dari kata labur atau kapur. Maknanya agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin setelah momen Idul Fitri.

5. Tradisi membuat dan menyantap ketupat

ketupat Foto: istimewa

5. Tradisi membuat dan menyantap ketupat

Sehari jelang Lebaran biasanya masyarakat akan membuat ketupat. Karena perlu waktu lama untuk memasaknya, tak jarang orang mengolahnya beramai-ramai. Ini jadi simbol kekeluargaan dan kebersamaan.

Tradisi saling antar ketupat juga tetap dilestarikan hingga sekarang. Setelah ketupat dan aneka lauk lainnya matang, orang yang lebih muda akan mengantarkan ketupat untuk orang yang lebih tua. Misalnya orang tua atau kerabat yang dituakan.

Saat Idul Fitri pun ada tradisi makan ketupat bersama. Usai sholat Ied, anggota keluarga akan berkumpul untuk saling bermaafan. Setelah itu akan dilanjutkan dengan ritual makan ketupat bersama. Tradisi ini tetap terjaga hingga saat ini, dan momen kumpul sambil makan ketupag jadi waktu yang paling dinanti karena hanya terjadi satu tahun sekali.

Baca juga : Praktis! Di 5 Tempat Ini Ada Hampers Ketupat dengan Aneka Lauk
Halaman 2 dari 6
(dvs/odi)

Hide Ads