Zaman Persia kuno, madu dan susu tak hanya sekedar minuman yang menyehatkan saja. Tapi juga jadi alat penyiksaan yang kejam dan mematikan.
Pada abad 5 SM, ada kekaisaran Persia kuno yang merupakan kekaisaran adikuasa pertama berpusat di Iran. Pada masa kekasiaran Persia kuno ini lah banyak metode penyiksaan yang tidak manusiawi.
Salah satu metode yang paling terkenal adalah skafisme. Metode ini cukup sadis dan mematikan meski hanya menggunakan susu dan madu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Cultural Colectiva (14/05), berikut lima fakta seputar skafisme yang mematikan.
Baca Juga: Tren Kafe Burung di Jepang Diterpa Isu Penyiksaan Hewan
Metode Penyiksaan yang Sadis
Foto: Istimewa
|
Menurut catatan sejarah yang ada, nama ini diambil dari bahasa Yunani yang memiliki arti 'menggali atau dilubangi'. Metode penyiksaan ini menyuruh korban naik ke atas perahu yang ditutup oleh perahu kayu lainnya.
Kemudian untuk memperparah kondisi di dalam kapal, orang-orang malang ini akan diberi makan oleh susu dan madu yang hampir menenggelamkan mereka. Secara perlahan tapi pasti orang-orang yang dieksekusi akan meninggal dunia.
Cara yang Tak Manusiawi
Foto: Istimewa
|
Pertama para korban akan ditelanjangi lalu tubuh mereka diikat di bagian perahu kayu yang mirip seperti perahu dayung yang sempit. Anehnya bagian kaki, tangan, dan kepala mereka tetap bebas agar bisa bertahan hidup.
Usai diikat, para korban akan dipaksa meminum madu dan dusu dalam jumlah banyak. Tujuannya agar mereka mengalami diare ketika meminum susu, lalu madu bertujuan untuk menarik serangga ke dalam perahu.
Madu dan Susu Alat Penyiksaan Utama
Foto: Istimewa
|
Selain dipaksa minum susu dan madu, biasanya para algojo yang kejam ini akan mencampurkan susu dan madu kemudian menuangkannya ke seluruh bagian tubuh.
Biasanya susu dan madu akan dituangkan ke bagian mata, telinga, mulut, wajah, dan beberapa bagian tubuh lainnya. Ada juga yang membuat para korbannya tenggelam secara perlahan di dalam kolam susu dan madu.
Mati Secara Perlahan
Foto: Istimewa
|
Wangi madu menarik serangga untuk masuk ke dalam lubang yang ada di antara dua perahu. Serangga itu kemudian akan menetaskan telur yang secara perlahan berubah menjadi diare.
Dalam banyak kasus penyiksaan dengan metode skafisme ini korbannya meninggal bukan karena dehidrasi atau kelaparan fatal. Melainkan karena kombinasi dari syok, kelaparan, hingga linglung atau delirium.
Korban Skafisme yang Paling Terkenal
Foto: Istimewa
|
Sang raja sebenarnya bernama Artaxerxes menganggap Mithridates sebagai sebuah ancaman. Awalnya mereka berdua memiliki hubungan yang baik namun akhirnya sang raja menjatuhkan hukuman mati ke pada Mithridates.
Menurut catatan sejarah yang ada dari Plutarch. Mithridates cukup malang karena ia bertahan hidup selama 17 hari di dalam perahu dengan penyiksaan dari madu dan susu yang dialaminya.
Baca Juga: Tega! Ini 5 Kisah Orang yang Dipaksa Makan Kotoran Manusia