Banyak jajanan tradisional yang bisa ditemukan di area Pasar Baru. Salah satunya ada es Shanghai dan es potong legendaris.
Sebelum pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Pasar Baru merupakan wilayah perbelanjaan tradisional yang sudah ada sejak tahun 1820. Hingga saat ini Pasar Baru masih eksis menjual sepatu, kain hingga jajanan klasik yang bikin kangen.
Baca Juga: Tropic : Mengulang Enaknya Mie Yamin Klasik dan Fuyunghai Legendaris di Pasar Baru
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Seperti es Shanghai dan es jepit serut yang masih bisa ditemukan di Pasar Baru. Jajanan es serut dengan topping sederhana ini biasanya dijual menggunakan gerobak, dan bisa ditemui di depan toko sepatu atau di depan gerbang Pasar Baru.
Salah satu penjualnya bernama Pak Sugeng Widodo. Ia sudah berjualan es Shanghai dan es jepit di Pasar Baru sejak tahun 1970.
"Saya biasanya mulai keliling dari jam 11 siang sampai jam 5 sore di sekitar Pasar Baru," tuturnya ketika ditemui detikFood (11/03).
"Saya jual Es Shanghai atau es campur, lalu ada juga Es Jepit. Kalau es Jepit harganya Rp 5,000, isinya es batu diserut terus dibentuk pakai batok kelapa lalu ditusuk pakai stik kayu, bagian atasnya dikasih sirup manis Cap Mangga yang rasa pisang," jelas Pak Sugeng sambil membuat es serut menggunakan meja kayu yang ada di gerobaknya.
![]() |
Sementara untuk isian es Shanghai racikan Pak Sugeng sendiri cukup meriah. Dengan harga Rp 20,000, kamu sudah bisa menikmati semangkuk es Shanghai yang terdiri dari serutan es, tape, kelapa, cincau, alpukat serta baluran sirup Cap Mangga rasa pisang ambon.
"Kalau dulu memang Pasar Baru itu lebih ramai, lebih banyak pengunjungnya. Apalagi di tahun 1970-an di sini ramai sekali cuma sekarang lebih sepi," jelas Pak Sugeng yang berasal dari Solo. Seharinya ia bisa menjual 20-30 porsi es Shanghai dan es jepit.
Selain aneka es serut yang dingin menyegarkan, di Pasar Baru juga banyak penjual es potong yang masih mempertahankan cita rasa tradisional. Tentu saja rasa es potong ini tidak kalah dengan es krim modern.
![]() |
"Dulu saya jualan Es Potong di depan kampus Trisakti, tapi dari lima tahun yang lalu saya pindah jualan ke Pasar Baru," ungkap Pak Dedi, salah satu penjual Es Potong di Pasar Baru.
Meski pengunjung Pasar Baru tak seramai dulu, tapi Pak Dedi mengaku bahwa masih banyak orang yang jajan es potong. Tak hanya anak kecil saja, orang tua pun berbondong-bondong membeli es potong hingga membungkusnya untuk dimakan di rumah.
"Selain yang belanja di Pasar Baru, banyak orang-orang kantor di sekitar sini yang jajan es potong. Es potongnya bisa dibeli satuan atau bisa juga dibeli per batang," jelas Pak Dedi.
![]() |
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat es potong ini ada sari kelapa, santan, gula, dan tepung maizena. Setelah adonan diaduk hingga rata kemudian digoyang selama satu jam menggunakan es batu dan garam hingga beku.
"Jadi semuanya dibuat secara manual, tidak pakai mesin, bahan pengawet, atau lemari pendingin," lanjutnya.
Untuk varian rasanya ada nangka, ketan hitam, alpukat, hingga kacang ijo. Satu potong es dihargai Rp 5,000. Sementara untuk satu batang es potong utuh dihargai Rp 20,000.
![]() |
"Saya biasanya jualan di Pasar Baru dari jam 4 sore di depan Toko Matahari sampai Pasar Baru tutup. Seharinya bisa terjual 50 batang es potong di cuaca panas. Tapi kalau cuacanya sedang mendung atau hujan biasanya saya hanya bawa 20 batang saja," pungkas Pak Dedi.
Selain es Shanghai dan es potong yang klasik, Pasar Baru juga terkenal dengan cakwe legendaris buatan Ko Atek yang ada di dalam Gang Kelinci yang wajib dicoba. Simak terus ya kulineran seru di Pasar Baru.
Baca Juga: Kres! Empuknya Cakwe Legendaris di Gang Sempit Pasar Baru
(sob/odi)