Makan di restoran jadi kebiasaan banyak orang. Dengan begini, Anda tak perlu repot menyiapkan bahan makanan atau memasak terlebih dahulu. Makanan restoranpun menjadi solusi praktis untuk Anda yang sibuk.
Di balik sajian yang menggugah selera, ternyata restoran kerap memakai trik tak sehat. Misalnya memakai bahan non-alami dalam masakannya. Mereka juga akan mencampurkan beberapa bahan makanan yang tidak sehat agar makanan yang dihasilkan enak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Pakar Ungkap 10 Trik Restoran untuk Mengelabui Pengunjung
Pewarna buatan
Foto: iStock
|
Makanan dengan warna yang cantik tak selamanya terbuat dari bahan makanan asli. Seringkali pihak restoran menambahkan pewarna buatan untuk menghasilkan warna lebih menarik dan menggugah selera untuk dinikmati oleh para pelanggannya.
Pewarna buatan yang dijadikan bahan campuran pada makanan di restoran ini memang aman dikonsumsi. Namun ini akan menghasilkan rasa yang tidak alami dan jika terlalu banyak penggunaannya akan mengubah rasa dari makanan yang disajikan pada restoran tersebut.
Seperti penggunaan warna merah untuk menghasilkan kue red velvet yang menarik, pastinya tidak menggunakan 1 atau 2 tetes pewarna buatan dengan warna merah. Pastinya memerlukan tetesan pewarna makanan dengan jumlah yang banyak, apalagi warna kue red velvet ini sangat merah pekat.
Pengawet makanan
Foto: iStock
|
Tak hanya makanan ringan dalam kemasan seperti keripik atau biskuit saja yang mengandung pengawet makanan. Makanan restoran yang diolahpun juga banyak menggunakan pengawet makanan. Penggunaan pengawet makanan ini tentunya tidak baik untuk kesehatan apalagi jika mengonsumsinya terlalu sering.
Pengawet pada makanan ini sering dtemukan di restoran cepat saji. Jangan heran jika restoran cepat saji menggunakan bahan pengawet makanan, karena biasanya makanan cepat saji ini diproduksi dalam jumlah banyak dan banyak juga untuk stok jika tidak habis.
Pengawet makanan yang biasanya terdapat pada restoran cepat saji ini adalah sodium benzoate. Pemakaiannya banyak ditemukan di dalam burger, mie, dan taco. Itu mengapa mengonsumsi makanan cepat saji terlalu sering tidak disarankan.
Banyak mengandung garam
Foto: iStock
|
Restoran juga seringkali banyak menambahkan garam ke dalam makanan. Ini dilakukan agar makanan yang disajikan memiliki bumbu yang pas dan meningkatkan rasanya. Padahal penggunaan banyak garam pada makanan tidak baik untuk kesehatan.
Misalnya menyebabkan tekanan darah tinggi, serangan jantung, hingga stroke. Selain menambahkan cita rasa pada makanan, penggunakan garam berlebih ini juga untuk memperpanjang masa simpan makanan itu.
Penggunaan garam berlebih pada makanan ini banyak dijumpai pada makanan yang terdapat di restoran cepat saji. Maka dari itu jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji. Karena kadar natrium harian yang baik untuk tubuh itu tidak boleh lebih dari 2.300 miligram, pemakaian standarnya hanya satu sendok teh saja.
Baca Juga: Rahasia Resto Cepat Saji Terungkap hingga Kafe-kafe yang Mulai Buka Jam 7 Pagi
Penggunaan sisa bahan makanan
Foto: iStock
|
Jangan anggap semua restoran menghasilkan makanan dengan bahan-bahan segar. Ada juga restoran yang menyajikan makanan dari bahan-bahan sisa kemarin atau yang telah disimpan terlalu lama. Penggunaan sisa bahan makanan ini sering dilakukan agar biaya yang dikeluarkan lebih murah.
Banyak juga restoran yang menggunakan sisa makanan tersebut hanya dengan menghangatkannya. Ditambahkan mentega atau keju akan membuat tampilan dari makanan tidak seperti 'makanan sisa'. Biasanya bahan makanan yang sering digunakan kembali itu untuk sajian garlic bread yang sering disajikan sebagai makanan gratis.
Sayuran sisa juga sering digunakan kembali untuk menghemat pengeluaran dan menghasilkan untung. Padahal sayuran sisa yang disimpan di dalam kulkas tersebut sudah tidak segar lagi. Dan fungsi baiknya untuk kesehatan juga sudah berkurang karena telah terkontaminasi dari bahan makanan lain yang juga tersimpan di dalam kulkas.
Penggunaan minyak berulang kali
Foto: iStock
|
Sama seperti penggunaan sisa bahan makanan, minyak goreng sering digunakan tak hanya sekali pemakaian namun pemakaian berulang kali. Untuk sejumlah restoran apalagi restoran cepat saji banyak sekali yang melakukan hal ini. Padahal penggunaan minyak berulang kali sangat tidak baik untuk kesehatan.
Dampaknya bisa meningkatkan kadar kolesterol dan juga radikal bebas untuk tubuh. Di Indonesia, penggunaan minyak berulang kali ini banyak ditemukan pada penjual gorengan, pecel ayam, pecel lele. Bahkan mereka secara terang-terangan memperlihatkan minyak mereka yang terkadang sudah berwarna cokelat tua hingga kehitaman.
Penggunaan minyak berulang kali ini memang dapat menghemat biaya yang dikeluarkan namun fungsinya untuk kesehatan sangat membahayakan. Dampak radikal bebas pada tubuh ini jika sering dikonsumsi akan bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker.