42 Tahun Hidup Terisolasi di Hutan, Keluarga Ini Bertahan Hidup dengan Berkebun

42 Tahun Hidup Terisolasi di Hutan, Keluarga Ini Bertahan Hidup dengan Berkebun

Sonia Basoni - detikFood
Jumat, 03 Jan 2020 08:30 WIB
42 Tahun Hidup Terisolasi di Hutan, Keluarga Ini Bertahan Hidup dengan Berkebun
Foto: Istimewa
Jakarta - Hidup di dalam hutan belantara, selama lebih dari 42 tahun bukan lah hal yang mudah. Tapi ada satu keluarga yang berhasil hidup di hutan, dengan cara berkebun.

Pada tahun 1936, sebuah keluarga asal Rusia kabur ke dalam hutan belantara di wilayah Siberia, untuk menghindari pembersihan etnis. Saat itu pria bernama Karp Lykov, dengan istrinya, Akulina, serta dua anaknya pergi ke dalam hutan.

Mereka hanya membawa beberapa peralatan dari rumah mereka, dan membangun rumah di dalam hutan yang tak berpenghuni dengan peralatan dan bahan-bahan seadanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama lebih dari 42 tahun, mereka hidup terisolasi di dalam hutan, di mana keluarga mereka tak tahu bahwa masih ada manusia selain mereka. Dilansir dari Outdoor Life (02/01), mereka bertahan hidup dengan cara berkebun.

Baca Juga: Terdampar di Laut, 5 Nelayan Ini Bertahan Hidup Makan Ikan hingga Darah Burung

Kabur ke dalam Hutan

Foto: Istimewa
Karp Lykov memutuskan untuk membawa seluruh keluarganya ke dalam hutan di Siberia, demi menghindari pembersihan etnis. Karp mengambil langkah ini, setelah melihat saudara laki-lakiknya, ditembak oleh patroli yang ada di wilayah tempat tinggal mereka.

Mereka pun pindah ke dalam hutan dari tahun 1936. Di sana, Karp membawa istrinya yaitu Akulina. Kemudian dengan dua anaknya, satu berusia 9 tahun dan satu lagi berusia 2 tahun.

Mereka pun bertahan hidup dengan mengandalkan sumber daya alam yang ada, dan mulai berkebun agar mereka tetap bisa makan. Beberapa tahun tinggal di hutan, mereka memiliki dua anak lagi, yang tak pernah tahu ada dunia di luar hutan.

Sangat Terisolasi

Foto: Istimewa
Tinggal di dalam hutan yang tak berpenghuni, misi Karp untuk kabur dan menyelamatkan keluarganya cukup berhasil. Namun, karena hal ini mereka harus hidup terisolasi dan tidak pernah memiliki kontak dengan dunia luar.

Tak hanya Karp, istri dan anak-anaknya jadi mandiri, dan bisa bertahan hidup di dalam hutan. Mereka mengandalkan konsep gotong royong atau kerja sama, di mana Karp dibantu sang istri dan anak-anak untuk membuat rumah di dalam hutan.

Selain itu mereka juga memproduksi pakaian sendiri, dengan bahan-bahan alami. Begitu juga dengan makanan, Karp sukses berkebun menanam berbagai jenis sayuran untuk makanan sehari-hari.

Berkebun

Foto: Istimewa
Selama 42 tahun tak memiliki kontak dengan dunia luar, atau bertemu dengan manusia lain. Karp dan keluarganya mengandalkan keahlian mereka untuk bertahan hidup, dan memproduksi makanan.

Karp rajin menanam berbagai jenis sayuran ebanyak mungkin. Makanan pokok mereka sehari-hari adalah kentang, yang dicampur dengan biji-bijian dan tepung gandum.

Tentunya Karp harus memutar otak, agar empat anaknya dan istrinya tetap bisa hidup sehat. Terkadang ia juga pergi berburu, hingga memasang jebakan untuk hewan-hewan yang lewat, sebelum diolah menjadi makanan.

Hampir Mati Kelaparan

Foto: Istimewa
Keluarga Karp baru melakukan kontak dengan dunia luar, ketika tim geologi menemukan rumah mereka di dalam hutan pada tahun 1978. Kisah perjuangan hidup Karp ini langsung viral.

Meski pun mereka bergantung pada sumber makanan yang mereka tanam sendiri. Tapi bukan berarti kehidupan mereka di dalam hutan selalu berjalan mulus. Karp mengaku bahwa ketika musim dingin tiba, keluarganya akan kelaparan.

Masalah kelaparan ini muncul, ketika persediaan makanan keluarga Karp mulai menipis dan jika mereka memakan semua hasil tanaman, maka mereka tidak akan memiliki bibit tumbuhan lagi untuk ditanam. Sehingga setiap tahunnya, keluarga mereka tetap bisa berkebun di dalam hutan.

Mempertahankan Kehidupan di Hutan

Foto: Istimewa
Masalah kelaparan saat musim dingin ini, akhirnya membuat sang ibu meninggal dunia pada tahun 1961. Namun semua itu tak membuat Karp dan anak-anaknya memutuskan untuk menyerah, mereka justru lebih memilih untuk tinggal di hutan.

Meski kisah perjuangan dan kehidupan mereka sudah terkenal di Rusia bahkan di dunia. Mereka sendiri ditemukan setelah tim geologi terbang menggunakan helicopter, meski sudah dibujuk keluarga Karp tetap tidak mau meninggalkan rumah mereka.

Satu per satu anggota keluarga Karp meninggal dunia. Dan sejak tahun 1988, sang putri yang bernama Agafia tinggal di dalam hutan sendirian. Untuk melanjutkan tradisi keluarganya.

Baca Juga: Hanya Minum Air Hujan, Wanita Ini Bertahan Hidup di Hutan Usai Kecelakaan Pesawat

Halaman 6 dari 6
(sob/odi)

Hide Ads