Pencinta mie ayam jika ke Yogyakarta wajib mencicipi 'Mie Ayam Tumini'. Berbeda dengan mie ayam biasa, racikan mie ayam ini disiram kuah kare yang kental. Nyam!
Warung Mie Ayam Tumini berlokasi di pinggir Jalan Imogiri Timur, Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tepatnya di sebelah Utara Terminal Bus Giwangan. Setiap hari mereka mampu menjual 350-500 porsi. Bahkan, untuk menikmati semangkuk Mie Ayam Tumini, pengunjung harus rela mengantre.
Penasaran dengan rasa mie ayam tersebut, detikcompun memesan 1 porsi mie ayam ceker. Tak sama dengan mie ayam biasa. Mie Ayam Tumini ini toppingnya 3 potong ceker ayam disiram kuah kental berwarna kecokelatan hingga menutupi mie yang berada di dalam mangkuk. Sedangkan mienya berupa mie lidi atau hokkian ukuran yang besar dengan tekstur kenyal. Tak hanya itu, potongan daging ayam pada mie ini juga berukuran besar tidak berupa daging ayam cincang. Kalau mie ayam biasa didominasi rasa manis kecap dan harum bawang putih maka kuah kental mie ini rasanya gurih manis dengan aroma wangi rempah.Ceker ayam yang cukup besar juga lembut empuk dengan rasa bumbu yang melakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Salah satu karyawan di 'mie ayam Tumini', Mursam (44) menjelaskan, bahwa mie ayam Tumini sudah berdiri sejak tahun 90 an. Saat itu Tumini beserta suaminya membuka warung mie ayam di sekitar Terminal Bus Giwangan.
"Pertama buka ya di sini (Jalan Imogiri Timur, Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta), tapi dulu tempatnya tidak sebesar saat ini," katanya saat ditemui di warung mie ayam Tumini, Selasa (5/11/2019) siang.
Pria yang sudah hampir 16 tahun bekerja di Mie Ayam Tumini ini menyebutkan jika usaha mie ayam tersebut sempat mengalami masa sulit pasca meninggalnya suami Tumini. Namun, dengan usaha keras Tumini akhirnya usahanya mulai berkembang dan sukses hingga saat ini.
"Jadi saat ditinggal almarhum (suami Tumini) sempat ambleg, dulu itu dalam sehari hanya habis (mie) 2 sampai 5 kilogram saja. Terus dipegang bu Tumini mulai bangkit lagi sampai jadi seperti sekarang ini," ucap Mursam.
Menurutnya, berkembang pesatnya mie ayam Tumini karena memiliki ciri khas kuah ayam yang kental. Selain itu, mie yang digunakan adalah mie buatan sendiri.
![]() |
"Ciri khasnya dari jaman dulu (sejak berdirinya mie ayam Tumini) adalah kuahnya yang kental, kuah (ayam) yang kental itu karena kaldunya dan pakai santan yang masak, itu yang membedakan dengan mie ayam lainnya," ujarnya.
"Selain itu, untuk mienya kita buat sendiri, jadi selalu fresh," imbuh Mursam.
Lebih lanjut, saat ini mie ayam Tumini mampu menjual ratusan porsi dalam sehari. Bahkan, dalam sehari warung mie ayam tersebut mampu menghabiskan 60-100 kilogram mie dan 30-40 daging ayam.
"Kalau hari biasa bisa laku sampai 350 porsi (mie ayam), terus kalau hari Sabtu sama Minggu bisa sampai 500 porsi dalam sehari," katanya.
Ada 4 varian dalam menu Mie Ayam Tumini yakni mie ayam Rp 10.000, mie ayam 1/2 Rp 8.000, mie ayam jumbo Rp 14.000, mie ayam ceker Rp 14.000 dan sawi ayam Rp 8.000. Sedangan untuk minuman tersedia, es teh, teh anget, es jeruk dan jeruk anget yang dipatok Rp 3 ribu.
"Sawi ayam itu hanya sawi sama kuah kental isi potongan ayam itu, gampangnya mie ayam tapi tidak pakai mie," ucapnya.
Pria murah senyum ini menambahkan, mie ayam Tumini buka setiap hari mulai dari jam 10 pagi hingga sehabis waktu salat Maghrib. Kendati demikian, ia mengaku belum sampai waktu salat Maghrib terkadang sudah tutup.
"Tapi seringnya sebelum Maghrib itu habis," ucap Mursam.
Salah seorang pengunjung, Rudi (40), warga Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman mengaku baru pertama kali menjajal mie ayam Tumini. Hal itu karena ia penasaran dengan rasa mie ayam dengan kuah kental.
"Sebetulnya saya sudah lama tahu mie ayam Tumini ini dari internet, tapi baru sempat mencoba sekarang," katanya.
![]() |
Rudi menyebut, pada kesempatan pertamanya ini ia memesan mie ayam ceker. Menurutnya, penampilan mie ayam yang dipesan berbeda dengan mie ayam kebanyakan yang pernah ia coba.
"Diantara yang pernah saya makan ini (mie ayam Tumini) paling enak dan mantap, porsi dan rasanya juga pas. Mungkin karena kuah (ayam) yang kental ini yang bikin enak, recommended lah mas pokoknya," ujarnya.
"Dan mungkin kalau ada waktu luang saya akan sempatkan ke sini, karena mie ayamnya benar-benar enak," imbuh Rudi.
(odi/odi)