Pulau Kecil di Italia Ini Jadi Pemasok Bluefin Tuna untuk Jepang

Pulau Kecil di Italia Ini Jadi Pemasok Bluefin Tuna untuk Jepang

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Senin, 14 Okt 2019 17:40 WIB
Pulau Kecil di Italia Ini Jadi Pemasok Bluefin Tuna untuk Jepang
Foto: Istimewa
Jakarta - Sushi dan sashimi bluefin tuna tergolong makanan mewah di Jepang. Ternyata dari pulau kecil di Italia inilah bluefin tuna banyak didatangkan.

Bluefin tuna atau tuna sirip biru Atlantik adalah spesies ikan tuna yang bobotnya bisa mencapai 450 kilo gram. Bluefin tuna merupakan ikan asli Samudra Atlantik Barat dan Timur, juga Laut Tengah. Bluefin tuna sangat diincar oleh pemasok ikan di Jepang.

Bluefin tuna bahkan jadi primadona untuk diperdagangkan di pasar ikan Jepang. Harganya bisa mencapai miliaran rupiah dengan sistem penjualan berupa lelang. Sebab daging bluefin tuna terkenal dengan kelezatannya. Biasanya diolah menjadi sushi dan sashimi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata bluefin tuna bukan hanya berasal dari Jepang saja. Sebuah pulau kecil di Italia jadi pemasok ikan mahal ini. Seperti apa kisahnya? South China Morning Post (14/10) merangkum informasinya seperti berikut.

1. Pulau bernama San Pietro

Foto: Istimewa
1. Pulau bernama San Pietro
Pulau San Pietro atau disebut Saint Peter dalam bahasa Inggris ini merupakan pulau kecil di ujung barat daya Pulau Sardinia, yang berlokasi di tengah-tengah laut Mediterania. Penduduknya hanya sekitar 6.000 orang.

San Pietro merupakan pengekspor utama bluefin tuna untuk Jepang. Orang lokal menyebut jenis tuna ini "tuna merah" karena menggambarkan warna daging ikan yang terang dan rasanya enak. "Hampir 80 persen tangkapan tahunan kami berakhir di Jepang," ujar Giuliano Greco, pemilik satu-satunya perusahaan perikanan tuna di sana.

Selain Jepang, bluefin tuna juga dikirim untuk memenuhi permintaan pasar Asia lain termasuk China. "Tapi Jepang adalah klien terbesar kami, dan tanpa mereka, para ahli tuna kami (tonnaroti) akan pensiun sekarang dan industri perikanan kuno kami menurun," sambung Giuliano.

2. Ada festival menangkap tuna

Foto: Istimewa
2. Ada festival menangkap tuna
Yang menarik dari proses penangkapan tuna di San Pietro adalah adanya festival penangkapan tuna. Dalam bahasa setempat disebut mattanza yang berarti "pembunuhan" ikan tuna. Festival ini memikat para turis dan warga lokal yang ingin melihatnya.

Ternyata mattanza sudah berlangsung sekitar 3.000 tahun lalu. Seorang chef Jepang yang bekerja di sebuah restoran di Milan, Taro Shimosaka mengatakan mattanza tidak diperuntukkan bagi mereka yang hatinya lemah.

"Sangat menakjubkan. Perikanan itu luar biasa dan pembunuhannya, ya, saya hanya bisa melihatnya dari kejauhan, tetapi sangat menarik menyaksikan laut berubah merah karena pertumpahan darah," katanya. Di mattanza pula ada iringan doa dan akis menusuk tuna hingga mati dan dikeluarkan isi perutnya.

3. Harga bluefin tuna dari San Pietro

Foto: Istimewa
3. Harga bluefin tuna dari San Pietro
Penangkapan bluefin tuna berlangsung antara bulan April hingga Juni. Nelayan bisa menangkap 300 ton tuna per tahun secara total. Soal harga, para importir dari Asia Timur termasuk Jepang siap membayar mahal untuk bluefin tuna tangkapan San Pietro.

Sebagai perkiraan, tuna 120 kilo gram (kg) dijual 3.000 euro atau sekitar Rp 46,7 juta untuk pasar lokal, namun ikan dengan berat 230 kg bisa bernilai jauh lebih mahal di luar negeri. "Di pasar ikan Toyosu yang baru di Tokyo, lelang tuna merah ini bisa mencapai 1 juta euro (Rp 15,5 miliar) untuk satu ikan," kata chef Shimosaka.

Ia menambahkan bluefin tuna merupakan salah satu varietas ikan paling elit dan nikmat. Orang Jepang sangat mencintai paduan rasa gurih, tajam, warnanya yang cerah dan konsistensi dagingnya.

4. Jepang ajarkan penduduk San Pietro menikmati bluefin tuna mentah

Foto: Istimewa
4. Jepang ajarkan penduduk San Pietro menikmati bluefin tuna mentah
"Kolonisasi Sushi" Jepang di pulau San Pietro mengajarkan hal baru. Orang Jepang telah meningkatkan perspektif penduduk lokal tentang bluefin tuna. Dulunya ikan ini dicap sebagai makanan orang miskin, tapi kini menjadi ikan yang sangat berharga.

"Mereka (orang Jepang) telah menunjukkan kepada kita bagaimana memperlakukan dan menyiapkan daging ikan dengan benar, membekukan dan mengirimkannya. Hari ini, tuna merah sangat berharga. Ini adalah permata dari laut kita, yang sangat kita hargai," kata Greco.

Ia mengaku sebelum orang Jepang tiba ke San Pietro, penduduk lokal tidak tahu seperti apa menikmati bluefin tuna mentah. "Kami selalu memasak atau mengalengkan tuna, mengeringkannya atau mengawetkannya dalam minyak zaitun. Itu adalah makanan nelayan yang buruk bagi kami - mirip dengan sarden raksasa," kata seorang chef lokal bernama Secondo Borghero.

5. Tuna mentah jadi sajian populer di Italia

Foto: Istimewa
5. Tuna mentah jadi sajian populer di Italia
Jepang telah mengubah persepsi orang-orang Italia dalam menikmati tuna atau ikan mentah. Banyak restoran di Italia kini menyajikan carpaccio tuna mentah, salami, dan fillet tuna gaya tataki. Hal ini disampaikan chef Borghero.

Popularitas bluefin tuna dipicu karena kelezatan dagingnya. Rasanya sangat berbeda dengan versi yang dimasak. Muncul pula kreasi menu baru seperti buatan chef Shimosaka yang memadukan unsur Jepang ke dalam gaya klasik Italia.

Ia membuat tataki tuna dengan emulsi keju mozzarella. Ada juga carpaccio ikan seabass dengan pesto pistachio dan saus ponzu anchovy.
Halaman 2 dari 6
(adr/odi)

Hide Ads