Bentuk, isi dan rasanya yang manis gurih dan legit membuat pecinta kuliner merasa ketagihan dengan jajanan ndeso yang bernama clorot. Nama clorot yang aneh bagi sebagian besar orang justru semakin menambah penasaran seperti apa sebenarnya clorot itu. Clorot biasanya banyak dijajakan di pasar-pasar tradisional.
Salah satu penjual clorot, Ani Widyanti (40) warga RT 02/ RW 04, Kelurahan Cangkrep Kidul, Kecamatan Purworejo menuturkan bahwa clorot sudah ada sejak zaman nenek moyang. Bahan utama untuk membuat makanan tradisional ini berupa tepung dari beras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ani pun kemudian membeberkan bagaimana cara membuat clorot. Ia sendiri sudah puluhan tahun membuat dan menjual clorot lantaran sejak kecil sudah ikut membantu orang tuanya membuat clorot, hingga sekarang ia pun membuka usaha sendiri.
![]() |
Setelah itu, adonan dimasukkan ke dalam panci dan diberi garam serta vanili secukupnya sambil dicampur dengan air. Sebagai pemanis, tak lupa gula merah yang telah dicairkan juga dituangkan perlahan sambil adonan terus diaduk.
"Pokoknya resepnya itu jika tepung beras 1 kg maka dicampur dengan pati kanji 1/4 kg, gula merah 1,5 kg dan air 1.000 cc. Kalau mau buat 2 kg dan seterusnya ya bahan lain menyesuaikan," lanjut Ani.
Setelah menjadi adonan cair namun kental, maka adonan pun siap dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari daun kelapa atau janur kuning. Uniknya, janur pembungkus clorot ini diulin sedemikian rupa sehinga menyerupai terompet kecil.
"Dengan menggunakan ceret atau teko kemudian adonan secara pelan-pelan dimasukkan ke dalam kulit clorot. Setelah itu dikukus selama kurang lebih satu jam lalu diangkat dan ditiriskan sampai beberapa saat dan siap untuk dimakan," paparnya.
Selain bentuknya yang unik, jajanan ndeso ini memiliki cara khusus saat hendak memakannya yang juga tak kalah unik. Kebanyakan orang awam akan membuka janur sebagai selongsong clorot dari atas seperti makan es cream. Namun cara yang benar sebelum menikmati jajan khas Purworejo ini adalah dengan menusuk bagian bawah clorot dengan menggunakan satu jari.
![]() |
"Cara makan clorot ini bukan dibuka selongsongnya dari atas tapi ditusuk dari bawah dengan satu jari sampai clorotnya keluar dan langsung dimakan," imbuhnya.
Sentra pembuatan clorot sendiri awalnya berasal dari Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Purworejo. Selain menjaga dan melestarikan makanan khas Purworejo, berjualan clorot juga bisa untuk menambah penghasilan.
Dalam sehari, Ani yang dibantu oleh 5 orang karyawannya itu mengaku bisa menghabiskan tepung beras minimal 8 kilogram. Namun ketika banyak pesanan, maka jumlah produksi pun juga akan meningkat.
![]() |
Dengan harga yang murah meriah, tak heran jika clorot buatan Ani selalu ludes. Harga per ikat dengan isi 10 biji, para pembeli hanya cukup membayar Rp 8.000 saja. Selain untuk dimakan sendiri, clorot juga bisa dijadikan oleh-oleh bagi siapa saja yang berkunjung ke Purworejo untuk dibawa pulang.
Tak hanya digemari masyarakat Purworejo, kuliner unik yang hanya ada di Purworejo ini bahkan sudah merambah kota lain seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Malang, Madiun, Bali hingga Brunei Darusalam. Jajanan ini hanya bisa bertahan dua hari karena tanpa menggunakan bahan pengawet.
(odi/odi)