Perubahan Iklim Membuat 5 Makanan Enak Ini Terancam Punah

Perubahan Iklim Membuat 5 Makanan Enak Ini Terancam Punah

Riska Fitria - detikFood
Jumat, 20 Sep 2019 14:30 WIB
Perubahan Iklim Membuat 5 Makanan Enak Ini Terancam Punah
Foto: iStock
Jakarta - Perubahan iklim yang buruk ternyata bisa menyebabkan punahnya bahan pangan untuk manusia. Seperti beberapa makanan ini yang diprediksi akan punah.

Percaya atau tidak bahwa makanan favorit yang biasa dikonsumsi setiap hari, tidak dapat ditemukan lagi dalam beberapa tahun mendatang? Itu akan terjadi apabila iklim yang terus memburuk. Iklim yang buruk disebabkan oleh permukaan laut yang naik sehingga membuat suhu di bumi pun ikut naik.

Kejadian tersebut berdampak pada lingkungan, salah satunya pada tanaman pangan yang ada di bumi. Tanaman pangan tersebut terancam punah karena tidak bisa tumbuh dengan subur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika itu terjadi, makanan itu akan menjadi langka dan mahal ketika ditemui. Dilansir dari Green Queen (19/9) mulai dari kopi dan beras, berikut 5 makanan yang terancam punah dalam beberapa tahun mendatang.

1. Cokelat

Foto: iStock
1. Cokelat

Rasanya yang manis dan dapat membuat suasana hati menjadi baik membuat cokelat disukai banyak orang. Sayangnya, produksi cokelat diprediksi akan musnah pada tahun 2050 mendatang. Itu karena perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kualitas tanaman kakao sebagai bahan dasar pembuatan cokelat.

Saat ini, lebih dari 50% cokelat dunia diproduksi oleh pabrik yang ada di dua negara seperti Pantai Gading dan Ghana. Kedua negara tersebut terkenal sensitif terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan tanaman kakao hanya bisa tumbuh di iklim tertentu, karena sulit dibudidayakan seiring masalah pemanasan global yang terjadi. Karena pola cuaca yang lebih ekstrem yang akan menaikkan suhu, dan mengubah curah hujan, kelembaban dan sinar matahari menyebabkan biji kakao menjadi sulit untuk ditanam.

Oleh karena itu perusahaan cokelat asal Amerika bernama Mars bekerjasama dengan Ilmuwan di Universitas California untuk mengembangkan teknologi agar membantu kakao dapat bertahan hidup. Yaitu dengan menggunakan teknologi CRISPR (clusters of regularly interspaced short palindromic repeats) yang digunakan untuk merekayasa genetika sehingga dapat menyesuaikan perkembangan tanaman kakao dengan lingkungan.

2. Pisang

Foto: iStock
2. Pisang

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Exeter baru-baru ini menjelaskan bahwa tanaman pisang juga terancam punah. Itu juga disebabkan oleh kondisi iklim buruk yang dialami di 10 negara. Seperti pemanasan global dan seringnya terjadi banjir hingga kekeringan yang berpengaruh pada produksi buah pisang. Apalagi tanaman buah pisang dikenal sebagai tanaman yang sensitif.

Selain itu juga tersebarnya penyakit yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di Amerika Selatan. Jamur tersebut dapat merusak tanaman pisang dengan menyerang bagian akar tanaman pisang. Kini, gejala fungal itu sudah menyebar luas hingga ke beberapa negara di Asia seperti di India dan Filipina sebagai produsen dan konsumen terbesar di dunia.

Oleh sebab itu produksi pisang di kedua negara tersebut akan mengalami penurunan yang signifikan.Jika gejala tersebut tidak ditangani sesegera mungkin, maka pada tahun 2050 mendatang buah pisang akan sulit untuk ditemukan di belahan dunia manapun. Ini bisa berakibat pada kehancuran industri pisang yang bisa mempengaruhi perekonomian negara.

Baca Juga : Nyaris Punah, 6 Makanan Khas Betawi Ini Semakin Jarang Ditemukan

3. Beras

Foto: iStock
3. Beras

Beras menjadi makanan pokok orang Asia. Beras dikonsumsi hampir 3 kali dalam sehari sebagai sumber energi yang kuat untuk tubuh. Namun, bagaimana jika beras sudah tidak bisa didapatkan lagi? Menurut laporan dari organisasi bernama Food & Agriculture Organisation (FAO), beras dikatakan akan punah karena kacaunya iklim yang terjadi.

Seperti kenaikan suhu, naiknya permukaan laut dan perubahan pola hujan karena perubahan iklim global akan membuat sumber daya air dan lahan menjadi langka. Hal ini dapat berdampak besar pada budidaya tanaman pagi. Khususnya di negara Asia sebagai penghasil padi terbesar di dunia. Kelayakan lahan untuk menanam tanaman padi diprediksi dapat menurun lebih dari 50% dalam abad berikutnya.

Selain itu nutrisi dalam nasi juga akan semakin berkurang kualitasnya seiring meningkatnya kandungan karbondioksida pada atmosfer bumi. Jika nasi yang sudah terkontaminasi dengan zat berbahaya tersebut, maka orang yang memakannya juga akan mengalami gangguan-gangguan kesehatan pada tubuhnya.

4. Kopi

Foto: iStock
4. Kopi

Saat pagi hari, umumnya orang menikmati secangkir kopi sebagai pemasok energi karena adanya kandungan kafein. Sayangnya, menikmati secangkir kopi hampir sudah tidak bisa lagi dilakukan karena sulitnya produksi biji kopi. Itu karena lahan yang biasa digunakan untuk menanam tanaman kopi sudah tidak bisa digunakan lagi akibat buruknya kualitas tanah. Hal yang sama juga dikatakan oleh IPCC, sebuah badan yang memperingatkan tentang kebutuhan mendesak untuk menangani pengelolaan lahan.

Menurut laporannya, kebanyakan lahan telah terjadi erosi pada lapisan atas. Sehingga mengancam hilangnya ekosistem yang tidak dapat dikembalikan lagi. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances. Mereka menyatakan bahwa spesies kopi yang populer berada di bawah ancaman, termasuk spesies Arabica yang mengambil 60% dari produksi global.

Sementara permintaan global terus mendorong lebih banyak perkebunan kopi di seluruh dunia. Permintaan tersebut bisa mengarah pada penggundulan hutan secara masal. Kini tanaman kopi yang ada di gunung liar sedang mengalami gangguan karena mereka membutuhkan naungan alami dan suhu yang lebih dingin. Selain itu ditambah dengan ancaman penyakit seperti jamur yang tumbuh subur pada suhu tinggi yang disebabkan oleh pemanasan global.

5. Kentang

Foto: iStock
5. Kentang

Perubahan iklim juga merupakan ancaman yang serius bagi budidaya tanaman kentang. Itu karena meningkatnya suhu yang menyertai permukaan laut yang membuat para petani berpindah menanamkan kentangnya di lahan yang lebih tinggi lagi. Kejadian ini banyak terjadi di negara Peru sebagai produsen kentang terbesar di Amerika.

Sayangnya apa yang dilakukan petani tersebut bukan merupakan solusi jangka panjang, karena pihak dari International Potato Center (CIP) bernama Rene Gomez mengatakan bahwa dia telah memperkirakan dalam 40 tahun akan ada tempat tersisa untuk menanam kentang di wilayah tersebut. Hal ini tentunya bisa menurunkan produksi kentang di negara tersebut.

Dampak dari iklim yang tidak bagus hingga pemanasan global ini bisa berakibat pada keberlangsungan hidup manusia juga. Karena jika kentang sebagai bahan pangan dapat punah, maka apa lagi yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Terlebih yang memiliki nutrisi dan khasiat yang sama persis seperti kentang.

Baca Juga : Produksi 6 Makanan Kaya Nutrisi Ini Ternyata Picu Pemanasan Global

Halaman 2 dari 6
(raf/odi)

Hide Ads