Meski berasal dari Jepang, ramen kini sudah sangat mendunia. Ramen dinikmati di hampir semua negara, terlebih setelah muncul inovasi ramen instan juga masuk ke Amerika Serikat sekitar tahun 1970.
Sebagian pencinta ramen pun mulai mempelajari segala hal soal ramen. Mulai dari sejarah, jenis, hingga cara menikmatinya. Tapi tak bisa dipungkiri, masih banyak juga orang yang belum tahu benar seluk beluk ramen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kepada Insider (18/9), mantan chef sekaligus pakar ramen bernama Mark Hoshi mengungkap hal penting dari industri dan budaya ramen. Ia aktif membagikan pengetahuan soal ramen di situsnya Ramen Culture dan beberapa media sosialnya.
Soal kecintaan akan ramen, Hoshi mengaku sudah ada dari kecil. "Saya tumbuh di rumah Jepang dan orang tua saya selalu membawa makanan Jepang," kata Hoshi yang besar di Los Angeles, Amerika Serikat. Menurutnya budaya makanan Jepang selalu menjadi bagian dari keluarganya.
Ia juga pernah habiskan waktu hampir 1 dekade dengan tinggal di Jepang. Ia bekerja untuk Chef Ikuta Satoshi di Ramen Nagi, Tokyo. Pengalamannya berlanjut dengan kerja bersama Chef Yukihiko Sakamoto di Menya Itto.
![]() |
Menurut Hoshi, ada 5 komponen ramen yaitu mie, kaldu, basis kaldu, topping, dan minyak aroma. Ia juga menjelaskan ramen tak hanya miso atau tonkotsu (kaldu babi), ada banyak jenis ramen lain berdasarkan bahan-bahan yang digunakan.
Salah satu yang terkenal adalah ramen gaya Jiro. Ramen ini mengombinasikan lembaran berlemak daging babi dengan kaldu babi, shoyu, dan mie tebal. Cita rasanya pun lebih 'berat' dibanding jenis ramen lain.
Ada juga tsukemen yang penyajiannya sangat berbeda dengan ramen lain. Soba dingin akan disajikan terpisah dengan kaldu ramennya. Untuk menikmatinya tinggal mencelup lembaran soba ke kaldu ramen.
![]() |
Lalu bagaimana cara mengetahui gerai ramen berkualitas hingga menikmatinya? Hoshi memberi tips berikut:
1. Cara mengetahui kualitas gerai ramen
Untuk tahu bagus atau tidaknya kualitas gerai ramen, cek kamar mandinya. "Jika restoran memiliki kamar mandi yang sangat bersih, mereka berarti menangani hal baik dengan sangat baik," ungkapnya.
Penanda lain adalah adanya timer untuk memasak mie di dapur. Hal ini menandakan chef ramen tahu benar apa yang sedang diolahnya.
![]() |
2. Cara menikmati ramen
Untuk menikmati ramen pun, Hoshi mengatakan tidak ada cara benar atau salah. "Itu mangkuk ramen Anda, jadi jika Anda bisa menikmatinya dengan cara Anda makan, itu sempurna," ujar Hoshi.
Hoshi menambahkan secara tradisional ramen dinikmati dengan cara diseruput. Namun bagi orang-orang yang tidak tumbuh di lingkungan Jepang merasa hal ini mungkin agak mengganggu. Dan tak masalah jika ingin makan ramen tanpa menyeruputnya.
3. Durasi ideal menikmati ramen
Dalam durasi menikmati ramen, Hoshi menambahkan orang Jepang biasanya hanya butuh 12 menit untuk menghabiskan semangkuk ramen. Berbeda dengan orang-orang di Amerika Serikat yang membutuhkan waktu lebih lama.
Ada alasan kenapa orang Jepang menikmati ramen lebih cepat. Sebab semakin lama menghabiskan ramen, semakin mungkin mie ramen menjadi lembap dan cita rasanya tidak maksimal.
Padahal mie merupakan komponen penting pada ramen. "Mie memberi tekstur berbeda saat Anda menyeruputnya," kata Hoshi.
![]() |
4. Salah persepsi soal ramen
Banyak chef Amerika salah persepsi akan ramen. Ada chef yang hanya menambahkan sup miso pada mie lalu menyebutnya sebagai ramen. Padahal hal ini tidak tepat.
"Ramen pada intinya adalah ramen ketika mie memiliki alkalin di dalamnya. Jika tidak ada alkalin pada mie, maka itu bukan ramen," pungkas Hoshi.
(adr/odi)