Angkringan jadi salah satu ikon Yogyakarta tapi kini sudah tersebar luas bahkana ke kota-kota di luar Jawa Tengah. Siapa sangka, menu ala angkringan ini punya sejarah panjang.
Kedai angkringan atau yang sering juga disebut nasi kucing ini umumnya dijajakan menggunakan gerobak sederhana. Menunya hampir semua sama, yakni nasi ukuran mini, berbagai macam sate, baceman dan aneka minuman hangat khas Jawa Tengah jadi menu andalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Diperkenalkan pada 1950-an
Foto: istimewa
|
Kedai makan yang tak menetap ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang bernama Mbah Pairo. Pria ini diketahui asli Klaten yang kemudian merantau ke Yogyakarta.
Sekitar tahun 1950-an, Mbah Pairo menjajakan angkringan dalam versi pikul. Saat itu namanya belum disebut angkringan. Mbah Pairo setiap hari berjualan di sekitar stasiun Tugu.
Saat berkeliling ataupun ketika mangkal, Mbah Pairo kerap berteriak Ting.. Ting.. Hik. Teriakan inilah yang membuat angkringan dikenal dengan sebutan hik. Hik sendiri diakui sebagai singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.
Lambat laun, dagangan Mbah Pairo ini semakin ramai disambangi pembeli. Ia pun memutuskan untuk mangkal dan tak lagi berkeliling. Ia pun menyediakan kursi panjang di depan gerobaknya.
2. Asal usul nama angkringan
Foto: istimewa
|
Nama angkringan mulai dikenal dari kebiasan makan para pelanggan Mbah Pairo. Kursi panjang tempat makan yang disediakan Mbah Pairo ternyata membuat pelanggan nyaman sehingga makan dengan cara mengangkat kakinya.
Kaki yang nangkring di atas ini membuat kedai Mbah Pairo disebut-sebut sebagai tempat makan angkringan yang artinya bisa makan sambil nangkring atau metangking. Sejak saat itu kedai Mbah Pairo disebut sebagai angkringan.
Melihat kedai yang selalu ramai ketika malam hari, akkhirnya banyak masyarakat yang meniru usaha Mbah Pairo. Inilah awal mula menjamurnya angkringan di Yogyakarta.
Baca juga : Puas Makan Enak dan Murah Meriah di 5 Angkringan Ini
3. Tempat sosialisasi
Foto: istimewa
|
Seiring berjalannya waktu, angkringan bukan hanya sekedar tempat menyantap makanan. Kedai sederhana yang biasa diterangi lampu seadanya ini pun kemudian jadi tempat kumpul dan bersosialisasi.
Orang Jawa kerap berkumpul untuk sekedar ngobrol atau membicarakan hal penting di angkringan. Apalagi angkringan semakin lama semakin memiliki area makan yang luas meskipun tetap sederhana.
Meskipun kini banyak angkringan yang menyediakan area makan lesehan tapi penjualnya tetap menyediakan kursi panjang untuk nangkring. Karena sejatinya angkringan adalah tempat makan yang bisa membuat pengunjungnya menaikkan kaki ala nangkring.
Di Yogyakarta, angkringan memang tempat yang menjual makanan sederhana tapi di sini tidak kenal strata sosial. Semua kalangan bisa makan dan berkumpul di angkringan sambil makan dan ngobrol. Jangan heran kalau datang ke angkringan sendirian pasti pulangnya dapat kenalan setelah ngobrol di angkringan.
4. Menu makanan
Foto: istimewa
|
4. Menu makanan
Menu di angkringan juga dikenal dengan sebutan nasi kucing karena porsi yang disajikan memang kecil. Sebungkus nasi berukuran mini ini biasanya hanya seukuran 2 hingga 3 suap saja, ini membuat orang menyamakan porsinya seperti saat memberi makan kucing.
Nasi yang dibungkus dengan daun pisang ini disajikan dengan aneka lauk mulai sambal ikan teri hingga ikan tongkol. Porsinya yang kecil membuat orang tak akan cukup hanya melahap satu bungkus saja.
Sebagai teman makan nasi, ada berbagai pilihan lauk sederhana. Ada aneka sate seperti sate usus, sate kerang, sate telur puyuh, ati ampela, kikil dan lain sebagainya. Di angkringan juga menyediakan menu baceman tahu tempe serta aneka gorengan.
Satu lagi yang khas yakni minumannya. Kurang lengkap makan angkringan tanpa menyeruput segelas jahe hangat alias wedang. Ya wedang jahe seolah jadi minuman wajib yang harus diseruput saat makan angkringan. Kini banyak angkringan juga menyediakan varian jahe susu yang lebih menggoda.
5. Angkringan masa kini
Foto: istimewa
|
Suasana kehangatan makan di angkringan ternyata punya daya tarik yang sangat kuat. Hal ini bisa dilihat dengan makin menjamurnya angkringan bahkan di kota besar seperti Jakarta.
Pengusaha kuliner banyak yang melirik untuk menghadirkan angkringan versi modern. Areanya luas dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Angkringan modern ini tetap menghadirkan suasana jadul tempo dulu dengan menyediakan area makan lesehan. Dan yang paling penting, menu makanan yang disediakan juga menu nasi kucing yang khas.
Sayangnya angkringan versi modern kerap kehilangan sisi sosialisasinya karena beberapa angkringan menyediakan layanan WIFI. Dengan ini pastinya jumlah obrolan akan menjadi berkurang karena orang sibuk memainkan gadget.
Baca juga : Sedap Murah Meriah, Makan Malam dengan Menu Angkringan Enak di Sini
Halaman 2 dari 6