Tidak hanya menyajikan menu rumahan khas Jawa dan angkringan, Waroeng Klangenan mengusung konsep tempat bernuansa tempo dulu. Hal itu membuat setiap pengunjung betah berlama-lama di warung makan yang disambangi Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), Jumat (7/6/2019) malam.
Waroeng Klangenan sendiri berlokasi di tidak jauh dari jantung Kota Yogyakarta, masih berada di dalam Kota Yogyakarta. Menyambangi Waroeng Klangenan, detikcom seperti memasuki sebuah rumah joglo dengan nuansa asri dan tenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pemilik Waroeng Klangenan, Thomas Sukawan Aribowo (54) menjelaskan, berdirinya Waroeng Klangenan bermula dari keisengannya untuk memiliki usaha menjelang masa pensiun. Bahkan, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai karyawan swasta ini semula ingin mendirikan sebuah guest house.
"Cita-citanya ingin punya aset dulu menjelang masa pensiun. Saat itu saya mikir lebih baik punya tabungan tanah, setelah cari-cari kebetulan dapat sini (Kelurahan Patangpuluhan)," ujarnya saat ditemui detikcom di Waroeng Klangenan, Sabtu (8/6/2019) malam.
Lanjutnya, tanah yang ia beli memiliki luas 1000 m2 dengan sebuah bangunan tua yang berdiri di atas tanah tersebut. Iapun menilai bangunan tersebut dapat dimanfaatkan.
"Pas sudah dapat tanah saya bingung mau diapakan, terus sempat kepikiran mau dibuat guest house, tapi karena uangnya tidak cukup lalu beralih ke usaha kuliner, dan akhirnya iseng coba-coba," ujar pria asli Solo, Jawa Tengah ini.
![]() |
"Bisa dikatakan iseng karena dulu mikirnya tidak profit oriented, dan setelah 2-3 tahun akhirnya saya mencoba serius menekuni usaha kuliner ini," imbuh Thomas.
Lebih lanjut, pria yang sudah tinggal di Yogyakarta sejak tahun 1996 ini mengaku mulai serius menekuni usaha kulinernya karena melihat menu angkringan yang sudah kerap disajikan di berbagai acara dengan dengan harga yang cukup tinggi. Hal itu mendorongnya untuk mendirikan warung makan yang menyajikan menu rumahan namun dengan harga murah.
"Terus terpikirlah untuk mengangkat angkringan, tapi di tempat yang nyaman seperti rumah sendiri dan tentunya dengan harga yang sangat harga terjangkau. Karena angkringan itu kan bentuk wisata kuliner orang kampung dengan ciri khas harga murah," ucapnya.
![]() |
Berangkat dari keinginannya tersebut, Thomas mulai menyulap bangunan tua di atas tanah miliknya menjadi warung makan dengan konsep rumahan bernama Waroeng Klangenan. Sedangkan untuk menunya, warung tersebut menyajikan menu rumahan dan menu angkringan. Bahkan, agar nuansa Waroeng Klangenan sangat erat dengan nuansa kampung, ia mulai mengganti perabot kayu dengan kayu-kayu sisa atau recycle.
Selain itu, ia mulai mengumpulkan jendela kayu model jaman dulu untuk membuat suasana Waroeng Klangenan serasa di rumah-rumah tempo dulu. "Kenapa namanya Waroeng Klangenan? Karena dalam bahasa Jawa, klangenan itu artinya sesuatu yang disukai orang sampai ke dalam hati atau membekas ke dalam hati," ucapnya.
"Karena itu saya mau warung makan ini jadi salah satu hal yang disukai oleh setiap orang yang ke sini. Caranya agar disukai orang dan jadi tempat klangenan? Ya dengan membuat tempat makan yang nyaman, menu yang nikmat, sehat dan terpenting harganya terjangkau. Dan ternyata dengan konsep itu banyak yang balik lagi ke sini, jadi bisa dibilang tempat ini disukai orang-orang dan jadi salah satu klangenan saat ke Yogyakarta," sambung Thomas.
Thomas menjelaskan, meski harga makanan dan minuman terbilang murah, ia tidak sembarangan dalam memilih bahan makanan yang akan diolah. Bahkan, semua makanan dan minuman yang disajikan di Waroeng Klangenan diolah sendiri di warung.
"Untuk makanan dan minuman di sini tidak menerima setoran dari luar, jadi semuanya diproses sendiri, itu agar kita bisa mengontrol pengolahan dan menjamin kehigienisan makanan yang disajikan," katanya.
"Dan untuk sistem pemesanannya, pengunjung bisa langsung mengambil sendiri seperti prasmanan itu, terus baru bayar sambil memesan minumannya apa. Nanti minumannya kita antarkan sesuai tempat duduknya," lanjut Thomas.
![]() |
Harga makanan di Waroeng Klangenan mulai dari Rp 1.000 hingga yang paling mahal Rp 3.500. Untuk yang Rp 1.000 seperti sate gembus dan aneka sate lainnya, sedangkan untuk minuman mulai dari harga Rp 4 ribu sampai yang paling mahal Rp 8.500.
"Selain itu setiap pengunjung yang makan di sini kami sediakan panggangan dan bumbu bakar di setiap mejanya. Kalau menu andalan lebih ke minuman, karena kami punya 50 macam minuman, mulai dari yang tradisional sampai modern seperti capuccino," katanya.
"Tapi yang favorit tetap yang minuman sehari-hari seperti teh, dan kalau minuman tradisional yang paling disukai itu wedang klangenan. Wedang Klangenan itu ramuan rempah-rempah sama jahe," sambung Thomas.
Menu angkringan hanya disajikan saat malam hari. Sedangkan saat siang hari, Waroeng Klangenan menyediakan beraneka menu rumahan seperti sayur lodeh, sayur bening, aneka oseng-oseng dan ikan asin.
Setiap hari Waroeng Klangenan buka dari pukul 10.00 sampai pukul 23.00. Juga tersedia tempat parkir yang cukup luas. Mampu menampung sekitar 12 mobil, sedangkan motor dapat parkir di samping Waroeng Klangenan.