Berlatar belakang menjauhi efek negatif penggunaan pestisida kimia, Suyono dan puluhan petani dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bangkit Merbabu mengusung semangat baru sebagai petani organik sejak 2008 silam. Gapoktan Bangkit Merbabu yang didominasi warga lereng Merbabu di Dusun Kaliduren, Desa Batur, Kabupaten Semarang, harus berjuang selama beberapa tahun tidak memanen hasil bumi yang mereka tanam pasca memilih menjadi petani organik.
"Saat awal beralih dari pupuk kimia ke pestisida nabati, selama tiga tahun pertama kami tidak bisa panen. Jadi selama tiga tahun itu, kami mengembalikan unsur hara tanah yang sudah mati karena selama puluhan tahun terkena dampak pupuk kimia. Sejak beralih menjadi petani organik, kami menggunakan pestisida nabati yang kami buat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti cabai rawit, bawang putih dan daun paitan," ujar Suyono kepada detikcom, Senin (6/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kini, selain hasil panen yang stabil.dan kuat melawan hama, Gapoktan Bangkit Merbabu juga sudah manjakan konsumen. "Saya tidak pernah memanen, karena tiap kali panen, para pembeli yang nanti akan menjual sayur ke pasaran itu datang sudah membawa karyawan. Jadi tanaman siap panen langsung mereka petik, kemudian dicuci lalu langsung dikemas. Saya dan kawan-kawan petani hanya duduk dan menjaga timbangan," jelas Suyono.
Selain mendistribusikan hasil panen secara manual, Gapoktan Bangkit Merbabu juga mendistribusikan hasil panen secara online dalam skala kecil. Bekerja sama dengan UMKM ibu organik milik Intan Dian Heryani, Gapoktan Bangkit Merbabu berhasil memasarkan hasil panen mereka ke rumah-rumah di berbagai daerah.
"Kami menjual sayuran dalam skala kecil ke konsumen langsung ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Rata-rata selain untuk kebutuhan konsumsi keluarga, sayur organik juga digunakan untuk MPASI. Kami melayani penjualan ecer melalui akun instagram @ibuorganik," terang Intan.
Ia menambahkan sayuran organik para petani Bangkit Merbabu mampu bertahan sampai tujuh hari pasca panen. Oleh sebab itu, Intan memastikan sayur akan tetap segar, meski sudah menjalani proses pengiriman selama beberapa hari.
![]() |
"Selada, wortel, brokoli, bayam, sawi dan puluhan sayur yang kami kirim selalu segar setelah sampai di rumah pembeli. Harga sayur organik per kilo mulai RP 20 ribu hingga Rp 30 ribu. Memang lebih mahal dari sayur non organik, karena kualitas dan manfaat sayur organik juga jauh lebih baik dari yang non organik," jelas Intan.
Dari segi kesehatan, Intan menjelaskan bahwa sayur organik bebas dari bahan kimia. Menurut Intan, kandungan alami sayur organik lebih terjaga jika dibandingkan sayur non organik.
"Saya memastikan kemurnian sayur organik dari Gapoktan Bangkit Merbabu, karena saya mengikuti proses kerja teman-teman petani sejak awal. Bagi saya ini menjadi bagian dari tanggung jawab saya kepada konsumen, untuk memastikan sayur yang mereka pesan adalah benar-benar sayur organik," tandas Intan.