Di Jawa Tengah kue patola ini disebut petolo atau putu mayang. Umumnya dinikmati dengan santan yang dimasak dengan gula merah. Petulo yang sudah terendam kuah ini rasanya makin enak.
Kesibukan Istifala (52) penjual patola dimulai sejak sore hari, Jumat (10/5/2019). Dibantu 4 saudara dan suaminya, mereka membikin adonan jajanan tradisional patola, yang akan dijual menjelang berbuka puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bagi milenial, kue patola mungkin masih asing. Di Banyuwangi, salah satu jajan pasar ini merupakan kuliner tempo dulu yang bisa dijumpai saat bulan Ramadhan di pasar dan emperan jalan.
"Sudah sejak berumur 10 tahun kerja seperti ini. Ya buka hanya saat Ramadhan saja. Bulan lain tidak ada yang minat," ujarnya pada detikcom, di rumahnya di Jalan Ikan Bedul, Karangrejo, Banyuwangi.
![]() |
Cara membuat kue patola ini cukup mudah dan sangat praktis. Untuk membuatnya, dibutuhkan beras yang diolah menjadi tepung beras, pewarna makanan, garam dan air.
Bahan itu kemudian dicampur dan dicetak menggunakan alat tradisional. Cetakannya mirip cetakan mie. Adonan dimasukkan dalam cetakan bulat yang berlubang di bawahnya lalu didorong hingga keluar adonan berbentuk keriting seperti mie. Kemudian dikukus dalam panci besar selama 20 menit dengan panas sekitar 100 C.
![]() |
"Membuatnya mudah. Adonan didorong kemudian keluar seperti mie. Kemudian kita kukus. Ini sudah generasi ketiga dari keluarga saya membuat seperti ini (patola)," tambahnya.
Di bulan ramadhan ini, dalam sehari Istifala bisa membuat 40 kilogram kue patola yang menjadi 200 lembar. Kue miliknya banyak dipesan oleh tetangga pasar Ramadhan dan kantor-kantor yang ada di Banyuwangi.
Kue patola buatannya punyai variasi warna yakni merah hijau dan putih. Makanan yang enak dinikmati saat masih hangat ini, banyak disukai beragam kalangan.
![]() |
"Per lembar isi 15 saya jual Rp 5 ribu. Kalau sehari saya dapat uang sekitar Rp 980 ribu. Tapi untuk modal dan lain sebagainya saya keluar sekitar Rp 600 ribu," pungkasnya.
Para pembeli sengaja membeli kue patola di tempat ini, karena rasanya enak, lembut manis dan gurih. Selain langka, makanan khas Banyuwangi ini dibungus dengan menggunakan daun pisang.
" Ya setiap bulan Ramadan saya pasti beli, ini karena ciri khas Banyuwangi dan suka, sudah lama kalau makan, rasanya nikmat. Harganya bisa dijangkau orang kecil," ujar Saenawi, pembeli jajanan patola.
(odi/odi)