Ide kreatif itu muncul dari ibu muda bernama Fitriana Cahya. Wanita berusia 25 tahun ini memang jago masak. Warga Desa Sawentar Kecamatan Kanigoro ini, lulusan SMKN 1 Blitar jurusan tata boga.
Fitri mulanya membuka warung dengan menu utama rica-rica mentok. Tapi setelah menikah, kegiatan itu praktis ditinggalkan. Saat berusaha mencari kesibukan lain, sang ayah membawakan oleh-oleh cumi kering asin dari Tuban.
![]() |
"Pas kebetulan saya pengen banget makan sambal. Iseng-iseng saya potong-potong daging cumi itu, lalu saya masukkan sekalian ke dalam sambal matang yang digongso. Ternyata semua suka. Termasuk beberapa teman yang datang ke rumah saya minta cobain," ujar Fitri pada detikcom di rumahnya, Rabu (8/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun proses memasak dan peralatan yang dia punyai serba manual, Fitri berniat membuat usaha sambal cumi ini lebih serius. Sambalnya diberi nama 'Sambal Mamika', dan memasarkan di akun medsosnya.
![]() |
"Gak nyangka, semakin banyak yang pesan. Sekarang setiap hari saya bikin sambal cumi ini. Kapasitas produksinya hanya 5 kg cumi per hari. Soalnya sambal saya tanpa pengawet. Jadi maksimal hanya tahan dua minggu, atau sebulan kalau disimpan dalam kulkas," jelasnya.
Kalau dilihat dari proses memasaknya, sangat simpel. Bawang putih, bawang merah dan cabai merah, garam dan gula. Semuanya diulek, kemudian dsitumis sekitar 45 menit. Kalau sambal sudah benar-benar matang, baru daging cumi dimasukkan.
![]() |
"Intinya kalau buka usaha itu harus berani mencoba. Satu botol dengan berat 150 gr, saya jual seharga Rp 28 ribu. Kalau sehari rata-rata 10 botol yang laku, mbak hitung sendiri deh berapa omzet saya dapat dalam sebulan," kata Fitri sambil tertawa.
Hanya promosi lewat akun medsosnya, sambal produksi Fitri sudah merambah manca negara. Seperti Hongkong, Eropa dan Amerika. Kalau ditanya bagaimana rasanya, bayangkan saja, bagaimana kombinasi pedas dan gurih cumi menyatu dalam balutan nasi hangat untuk menu sahur. Mantul ! (dvs/odi)