Pembicaraan tentang boikot nasi Padang berawal dari kekalahan Jokowi-Ma'ruf Amin versi quick count di Sumatera Barat. Di sana pasangan calon (paslon) 01 kalah telak dengan paslon 02, Prabowo-Sandiaga.
Baca Juga: Suka Nasi Padang? Ini 5 Fakta Tentang Rumah Makan Padang yang Perlu Anda Ketahui
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa juga dituturkan oleh Reno Andam Suri, selaku ahli kuliner Minang sekaligus penulis buku 'Rendang, Minang Legacy to the World'.
![]() |
Lebih lanjut Uni Reno juga berpendapat, bahwa tren boikot nasi Padang ini hanya sementara saja. Meski ditinggalkan untuk sesaat, nantinya akan ada banyak orang yang kembali menyantap hidangan khas Minang karena rindu dengan salah satu kuliner Indonesia yang terkenal ini.
"Walau ditinggalkan sesaat, tapi nanti balik lagi karena kangen sama nasi hangat berbalur kuah gulai, cabe hijau, dan rendang," lanjut Uni Reno.
Sementara menurut Chef Stefu Santoso, fenomena boikot nasi Padang yang tengah ramai ini merupakan bentuk dari euforia pemilu yang ada di Indonesia.
![]() |
"Kemungkinan bersifat sementara. Karena masalah euforia pemilu saja menurut saya," pungkasnya.
Diketahui sebelumnya menurut data dari KPU per tanggal 23 April 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin hanya mampu mengumpulkan 13,29% suara di Sumatera Barat. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga unggul sebesar 86,71%.
Baca Juga: Amboi! Sedapnya 10 Nasi Padang Enak Berlauk Komplet yang Wajib Dicoba!
(sob/odi)