Nama cungkring konon berasal dari singkatan 'cungur' alias bibir dan kaki garingan sapi yang merupakan bahan utama menu sarapan ini. Yang pertama kali menjualnya adalah Pak Jumat di Jalan Suryakencana, Bogor.
Ia membuat cungkring sejak 1975 dengan pilihan potongan kikil, kulit, dampal, dan urat sapi. Semuanya berasal dari kaki sapi kemudian dicampur potongan lontong dan siraman saus kacang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga: Pagi-pagi Enaknya Sarapan Doclang Murah dan Mantap di Jembatan Merah
Penasaran cungkring, kami sempat mencoba jajan cungkring di Jalan Suryakencana buatan Pak Endang. Buka mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore, Pak Endang menawarkan racikan cungkring berbeda.
Di gerobaknya hanya tersedia kikil sapi dan sate kikil sebagai bahan cungkring. Pelengkap lainnya adalah gorengan seperti bakwan dan tahu. Nampak pula susunan lontong berbalut lembaran daun patat.
![]() |
Seporsi cungkring dijual Rp 16.000 per porsi. Pak Endang meraciknya di atas daun pisang beralas kertas nasi. Ada irisan tipis lontong, beberapa lembaran kikil, setusuk sate kikil, dan satu buah gorengan yang sudah dipotong-potong.
Semua isian cungkring disirami saus kacang, diberi kecap manis, dan taburan bawang goreng. Bisa juga tambah sambal hijau cair sebagai pemberi rasa pedas.
![]() |
"Ada dua kikil, yang pertama itu kikil bumbu kuning. Merebusnya lumayan lama, bisa sampai 3 jam supaya empuk. Kalau sate kikil juga sama cuma sudah dipotong kecil-kecil dan dibalur saus kacang," kata Pak Endang.
Dalam sehari ia bisa menjual 400 sampai 500 tusuk kikil. Kebanyakan pelanggannya datang di pagi hari untuk menikmati cungkring sebagai menu sarapan. Oh ya, kalau tak mau terlalu kenyang, cungkring bisa dipesan tanpa lontong dengan harga Rp 13.000.
Baca Juga: Mencicip Soto Kuning Paling Enak yang Hangat di Kota Hujan
(adr/odi)