Dua nama wali ini dikenal sebagai penyebar ajaran agama Islam di Kabupaten Sunan Kudus. Hingga saat ini, jejak kewaliannya masih bisa dirasakan masyarakat setempat. Termasuk soal makanan yang digemari mereka semasa hidup.
Satu dari sejumlah menu makanan favoritnya, adalah nasi jangkrik. Soal bagaimana nasi jangkrik dikenal dan apa saja ciri khasnya banyak kisah menarik tentangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warung tepatnya berada di area halaman sebuah toko roti yang tutup ketika sore hari. Bentuknya hanya tenda, dengan kainnya warna putih bertuliskan 'Kuliner Nasi Jangkrik Godong Jati Khas Menara'. Dengan gelaran tikar atau lesehan sebagai tempat duduknya.
![]() |
Ada dua sampai tiga tikar yang membentang di warung ini. Dengan satu meja, dimanfaatkan pemilik untuk meracik nasi jangkrik sebelum dihidangkan ke pelanggan.
Fauzus Said, si pemilik warung nasi jangkrik tersebut membeberkan sekilas soal menu andalannya. Juga tentang sejarah nasi jangkrik yang ia pahami selama ini.
"Nasi jangkrik adalah salah satu menu atau kuliner khas Kudus. Kalau warga Kudus, banyak yang sudah tahu nasi jangkrik. Kalau warga luar kota, atau peziarah Makam Sunan Kudus dari luar kota, tidak banyak yang tahu," kata Said ditemui di warungnya Selasa (5/3/2019) malam.
Maka tidak heran jika pelanggan warungnya lebih banyak dari warga sekitar. Meski ada juga penikmat dari luar kota. Seperti halnya dari Kabupaten Jepara atau Kota Semarang.
"Yang dari Semarang itu, adalah pelanggan yang diajak ke warung oleh temannya warga sini (Kudus). Kemudian ketagihan, dan sering minta dibungkuskan nasi jangkrik," beber Said.
![]() |
Pria 38 tahun ini menuturkan, penyajian nasi jangkrik identik dengan daun jati sebagai pembungkus atau alas penyajian. Jika makan di warung, selain diberi alas daun jati, juga dipakai pula piring dari anyaman rotan sebagai dasar daun.
"Paling sedap ya kalau nasi jangkrik dibungkus daun jati dan dimakan setengah jam kemudian. Aroma daun jati bercampur dengan nasi. Lezat dan sedap," ungkap Said.
Adapun isi dalam seporsi nasi jangkrik adalah nasi putih, potongan daging kerbau ukuran dadu, tahu, serta guyuran kuah bersantan. Daging kerbaunya empuk dengan bumbu yang meresep ke serat daging.
Said menjelaskan untuk prngolahan daging kerbau. Daging dipotong dadu sedang dan direbus hingga empuk. Kemudian dibumbui dengan bumbu halus terdiri dari kencur, bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas, dan cabai. Setelah itu ditambahkan santan dan direbus lagi hingga bumbu meresap selama 3 jam.
Setelah matang diberi bawang goreng, dan campuran kol serta tahu. Tampilan dan rasanya mirip besengek hanya saja sedikit pedas.
![]() |
"Nggak rumit penyajiannya. Yang rumit ya pas memasak tadi," sambung warga Desa Damaran, Kecamatan Kota, Kudus ini.
Meski sederhana, nasi yang disiram kuah santan yang gurih, daging kerbau dan tahu yang empuk terasa lezat dan mantap.
Tidak heran jika menu ini dibanderol dengan harga Rp 15 ribu per porsi. Harga belum termasuk harga air minum yakni di kisaran di bawah Rp 5 ribu. Rasa gurih enak inilah yang disukai oleh Kanjeng Sunan Kudus.
Kenapa disebut nasi jangkrik? Jangkrik adalah salah satu jenis binatang serangga yang berwarna cokelat, yang mempunyai suara 'krik, krik'. Bahkan di Jawa Timur, kata 'jangkrik' menjadi umpatan menyikapi sesuatu dalam sebuah pergaulan sosial di kalangan tertentu. Entah menyikapi hal soal rasa, atau sikap, dan lainnya.
Menurut Said nama jangrik diawali sejak zaman dulu, wali yang dipanggil Kiai Telingsing bersama Sunan Kudus, serta wali lainnya berkumpul di bangunan tajug Menara Kudus.
"Istri Sunan Kudus saat itu memasak sebuah menu. Ternyata menu itu disuguhkan ke para hadirin yang ada di bangunan tajug. Di saat menyantap menu, ada yang menyeletuk kata 'jangkrik, masakan opo iki, kok enake pol'. Celetukan yang memuji betapa enaknya rasa menu itu," kata Said menuturkan sejarah yang diketahuinya.
![]() |
Untuk memudahkan penyebutan nama menu, maka disebutlah racikan nasi itu sebagai nasi jangkrik. Sampai sekarang sebutan ini telah populer.
Sementara itu menurut Said ada sejarah versi lain. Ada orang yang menyebut nasi jangkrik, karena saat bawang goreng ditaburkan di atas kuah masakan, bentuknya seperti bulu binatang jangkrik, yaitu mengkilap kecoklatan.
Said telah membuka warung hampir 5 tahun. Warung buka setiap hari dari pukul 07.00-23.00. Warung libur beroperasi setiap malam selasa.
"Saya juga melayani pembelian lewat ojek online atau delivery order di wilayah sekitar," tutur Said.
Saat berbincang dengan detikfood terlihat beberapa kali aktivitas delivery order dilakukan. Juga lalu lalang pengunjung yang memesan nasi jangkrik dibawa pulang.
(adr/odi)