Puluhan kalkun nampak berlari-lari di halaman rumah Brilian Ariza. Sebagian juga tampak asyik mematuk pakan yang disediakan pemiliknya di sudut kandang. Berawal dari kecintaannya terhadap hewan unggas ini membuatnya sukses mengembangbiakkan kalkun.
"Karena terlalu banyak akhirnya saya buat olahan bakso daging kalkun," tutur pria 40 tahun ini kepada detikcom, Rabu (20/2/2019).
![]() |
Warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan ini mengaku tidak mudah membuat bakso dari daging kalkun. Sebab, jika salah bumbu membuat rasa kalkun jadi hambar. Pun usia kalkun juga harus dibawah 1 tahun, sekitar 6-8 bulan yang paling pas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bapak dua orang ini menambahkan untuk membuat olahan bakso hingga 2 hari biasanya ia hanya membutuhkan 1 ekor kalkun. Pasalnya, 1 ekor kalkun bisa menghasilkan 3-4 kg daging.
"Daging kalkun ini lebih lembut dan rendah kolesterol, jadi lebih sehat," ujarnya.
![]() |
Daging kalkun tak beda jauh dengan daging ayam hanya saja lebih hambar. Karenanya Brillian menambahkan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kemiri dan ketumbar. Dibentuk bola-bola dengan warna putih pucat mirip bakso ayam.
Cara penyajiannya pun tidak berbeda dengan bakso pada umumnya. Lengkap dengan bihun, sayur serta bakso dan kuah segar sungguh menggungah selera. Saat disajikan aroma gurih bakso merebak di tempat makan berukuran 5x10 meter persegi.
Satu porsi bakso kalkun terdiri dari satu butir bakso kalkun yang besar dengan beberapa butir bakso kecil, dijual dengan harga Rp 15 ribu. Dalam satu bulan ia mampu meraup omzet sebanyak Rp 25-30 juta.
![]() |
"Kendalanya sekarang banyak peminatya tetapi stok kalkun terbatas, jadi saya ambil dari Blitar, Kediri dan Malang," jelasnya.
Salah satu pembeli Anita Rahma menjelaskan ia pertama kali menikmati bakso daging kalkun. Menurutnya, bakso ini memiliki cita rasa unik.
"Rasanya lezat dan enak, selain itu cocok untuk penderita kolesterol tinggi. Karena ini rendah kolesterol jadi aman untuk dikonsumsi," ujarnya.
(dvs/odi)