Olahan belut selalu identik dengan belut goreng dengan balutan tepung bumbu. Namun, di tangan pak Sabar, belut diolah menjadi sambel welut yang memiliki cita rasa khas. Siapa sangka, ide olahan tersebut muncul saat teman pak Sabar yang berprofesi sebagai penangkap belut kerap memasak sambel sebagai lauk makan.
Diceritakan istri pak Sabar, Sri Umidah (55), bahwa usaha yang dirintis bersama suaminya itu tidak didapat secara instan. Mengingat sebelumnya ia bersama suaminya hanya berjualan angkringan di Dusun Dokaran, Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
![]() |
"Awalnya itu jualan angkringan di depan Masjid itu (Masjid yang berada di samping warung sambel pak Sabar), tahun 1992 tepatnya," ucapnya saat ditemui detikfood di warung sambel welut pak Sabar, Dusun Dokaran, Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teman bapak (Pak Sabar) itu ada yang kerjanya cari belut dan kadang masak belut di warung. Belut itu dimasak jadi sambel belut, karena tahu kami jualan makanan, dia mengusulkan sambel welut ini dijadikan salah satu menu di warung," ucapnya.
Menurut Sri saat itu suaminya melihat potensi dari sambel welut. Terlebih pak Sabar belum pernah melihat olahan sambel welut dijual oleh pedagang lain. Karena itu, ia bersama suaminya mulai belajar mengolah sambel welut.
![]() |
"Pertama diajarin teman bapak dan selanjutnya kami kembangkan dengan resep khusus. Lalu tahun 1995 mulai jual sambel welut di warung, bisa dikatakan saya sama suami itu yang pertama jualan sambel welut di Bantul," ujarnya.
Ternyata sambel welut olahannya bersama sang suami diminati banyak orang, dan membuat pendapatannya meningkat dratis. Dari hasil penjualan sambel welut itulah, Sri bersama suaminya mulai mengembangkan warung dan membeli bangunan di samping tempat berjualannya dulu.
"Jadi ya memang dari nol mas untuk bisa jadi seperti saat ini, kalau dulu sehari hanya habis beberapa kilogram belut saja, dan sekarang seminggu itu bisa habis 5 kwintal belut," katanya.
Dijelaskannya, belut-belut yang diolahnya berasal dari luar Kabupaten Bantul, bahkan ada yang berasal dari Kalimantan. Hal itu dikarenakan ukuran belut di Bantul kecil dan tidak banyak orang yang berprofesi sebagai pencari belut.
Terkait pengelolaan warung sambel welut miliknya, Sri bersama suami dan anaknya yang turun tangan sendiri. Baik dari pengolahan dan penyajian kepada konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga citarasa sambel welut miliknya.
![]() |
"Yang masak ya saya, suami dan anak saya, numbuk sambel juga saya. Karena kalau beda orang kadang rasanya beda," katanya disusul senyum.
Selain itu, ada hal unik dari warung sambel welut pak Sabar. Setiap pengunjung diperbolehkan masuk ke dapur dan melihat proses pengolahan belut hingga matang dan siap disajikan. Diungkapkan Sri, hal tersebut sudah lama diberlakukan, mengingat dapur pengolahan belut berada di warung tersebut.
Sri tidak khawatir orang mengintip resep dan bahan serta cara membuat sambal welut. Bahkan, ia mempersilahkan dan jika ada orang ingin membawa pulang bumbu sambel welut miliknya.
"Tidak masalah kalau ada yang mau lihat pas masak, kalau ada yang mau bumbunya juga akan kami kasih, kalau ada yang mau buat warung sambel welut lain juga tidak apa-apa. Ya gimana ya mas, karena rejeki kan sudah ada yang ngatur," pungkasnya.
(dvs/odi)