Usaha warteg juga ditawarkan dalam sistem kemitraan. Warteg Kharisma Bahari berhasil punya 200 gerai sejak membuka peluang kemitraan 10 tahun lalu.
Dihubungi detikFood (10/1), Sayudi selaku pemilik Warung Tegal (warteg) Kharisma Bahari bercerita soal usahanya. "Belum begitu lama (buka kemitraan Warteg Kharisma Bahari), sekitar 8-10 tahun lalu. Kalau usaha warteg saya sudah sejak 25 tahun lalu," ujar Sayudi.
Pria asal Tegal ini mengaku tak sengaja buka sistem kemitraan. "Awalnya buka cabang dengan karyawan mengelola usaha sendiri, tapi ternyata nggak efektif karena nggak ada pimpinan yang mengarahkan mereka," lanjut Sayudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia pun menerapkan sistem bagi hasil untuk teman dan saudaranya sendiri yang tertarik buka warteg. Pria 46 tahun ini mengatakan, "Mereka punya modal, akhirnya pesen warung (ke saya). Dulu bahkan bayarnya bisa sistem kredit."
Sistem tersebut rupanya berjalan baik. Warteg Kharisma Bahari akhirnya secara tidak sengaja mendapat promosi dari mulut ke mulut yang membuat namanya makin dikenal masyarakat. Kini ada cabangnya mencapai 210 di Jabodetabek.
Untuk paket kemitraan, Sayudi menerapkan sistem jual putus. "Cukup beli sekali di awal. Harganya Rp 110 juta di luar biaya sewa kios," kata Sayudi. Harga tersebut termasuk pembelian nama dan pelatihan masak untuk karyawan.
Namun kalau investor meminta karyawan dari Sayudi, ke depannya kemitraan mereka berupa bagi hasil. "Laba bersih dibagi dua, 50 persen untuk kami pengelola dan 50 persen investor," lanjutnya. Ada 3 tipe Warteg Kharisma Bahari yang diperkenalkan Sayudi selama ini yaitu kecil, sedang, dan besar. Perbedaannya terletak pada ukuran kios.
![]() |
Menurut Sayudi, peminat usaha warteg sekarang banyak dan bahkan cenderung meningkat. "Terutama di kalangan orang-orang jelang pensiun. Setahun sebelum pensiun mereka sudah nanya-nanya. Ada lho yang sampai punya 8 gerai," ucap pria 46 tahun ini.
Soal keuntungan, Sayudi mengatakan jumlahnya bisa berbeda tergantung lokasi. "Mulai dari 2 sampai 3 juta rupiah per bulan hingga 10 sampai 20 juta," katanya.
Sayudi pun mengaku ada kendala dalam menjalani bisnis warteg. Utamanya soal membuat karyawan betah bekerja. Selain itu, semakin banyak kompetitor berusaha meniru desain maupun konsep usahanya.
Untuk mengatasinya, Sayudi memperkenalkan warteg konsep elegan yang tampilannya sedikit berbeda dari Warteg Kharisma Bahari pada umumnya. "Untuk warteg elegan, 75% masih menampilkan kesan warteg hanya saja ada sentuhan berbeda. Misalnya keramik dan warna interiornya," pungkas Sayudi.