Namanya jemblem dan lebih dikenal di wilayah Mataraman. Bahan dasarnya dari singkong diparut, dicampur kelapa muda parut. Pengolahan Jemblem tidak begitu rumit. Singkong parut dan kelapa parut tadi diberi garam, lalu bagian tengahnya diberi parutan gula merah atau gula kelapa.
Kadang, kalau musim nangka tiba, ada yang menambahkan irisan nangka di dalamnya. Kemudian, adonan tadi dikepal-kepal, diputar-putar hingga berbentuk bulat atau lonjong. Baru digoreng dengan minyak yang telah dipanaskan terlebih dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebenarnya tak beda dengan misro yang populer di Jawa Barat. "Makane jenenge jemblem. Soal tembem koyo pipi (makanya diberi nama jemblem. Soalnya tembem seperti bentuk pipi)," ucap sang pembuat Jemblem Supiati pada detikcom di warungnya, Selasa (25/12/2018).
Dalam sehari, tak kurang dari 10 kg ketela diolah Supiati menjadi Jemblem. Warungnya di Jalan Majapahit Kota Blitar, selalu jadi jujukan warga yang ingin mencari kudapan di pagi hari. Tak heran, belum sampai pukul 09.00, ratusan Jemblem habis tak tersisa diserbu pembeli. Harganya yang murah, tidak mengandung zat kimia berbahaya serta cocok disantap pagi sebagai teman ngopi, jadi alasan utama para pembeli yang datang ke warung ini.
![]() |
"Tetap nyamleng. Lebih sehat gak ada bahan kimianya, pas sekali buat teman ngopi kalau pagi," kata pembeli warga Jalan A Yani, Indoro pada detikcom. Bagi Indoro yang berdinas diluar Blitar, makan Jemblem tak sekedar menikmati cita rasa makanan tradisional. Namun Jemlem juga selalu mengingatkan akan nostalgia di masa kecilnya.
"Suka teringat cerita waktu saya kecil. Ini camilan kesukaan saya. Ternyata anak cucu saya juga suka. Kalau mereka mudik ke rumah eyangnya, yang dipesan pasti Jemblem ini juga," pungkasnya. (odi/odi)