Jengkol termasuk makanan kontroversi, aroma khasnya bikin sebagian orang ogah makan, namun sebagian lainnya justru kangen. Dari pantauan detikFood (1/8) lewat beberapa website harga bahan pangan, terlihat jengkol mengikuti jejak harga telur yang mengalami kenaikan harga.
![]() |
Harganya bervarian di berbagai daerah namun hampir semuanya mengalami kenaikan. Alasan utamanya karena stok persediaan yang menipis namun peminatnya tetap banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jepara harga jengkol mencapai Rp 60 ribu. Padahal Jepara termasuk daerah yang terkenal dengan produksi jengkolnya yang manis dan enak.
Untuk sebagian besar wilayah Jawa Barat, jengkol tembus harga hingga Rp 80 ribu per kilo, padahal harga sebelumnya hanya Rp 20 ribu per kilonya.
![]() |
Beralih ke pulau Sumatera, jengkol di Medan dibanderol dengan harga Rp 42 ribu, naik dari harga normal Rp 30 ribu. Sementara di Lampung harga jengkol perkilonya Rp 50 ribu.
Sementara di ibu kota, jengkol di Pasar Induk Kramatjati mencapai Rp 60 ribu per kilo. Dan harga tertinggi di ibu kota adalah jengkol yang dijual di Pasar Minggu yang juga tembus angka Rp 100 ribu sekilo.
Pemicu utama kenaikan harga jengkol di pasaran ini akibat dari siklus panennya. Jengkol biasanya dipanen dua kali dalam setahun dan kini bukan memasuki musim panen jadi tak heran jika petani tidak bisa memasok jengkol ke pasaran.
Baca juga : Republik Jengkol: Penggemar Jengkol, Di Sini Ada Jengkol Ikan Asin dan Lada Hitam yang Sedap!
![]() |
Sebagian orang suka dengan aroma khasnya yang meninggalkan jejak usai makan biji yang dijuluki 'kancing Levi's' ini. Tapi ada juga berbagai teknik masak yang diterapkan untuk menghilangkan bau si jengkol.
Meskipun nilai gizinya tak banyak dan beraroma khas, nyatanya jengkol tetap punya tempat di hati penikmatnya. Di warteg, menu jengkol bahkan jadi hidangan wajib. Jadi tak heran, masyarakat sering geger saat harganya melonjak.
(dvs/odi)