Gultik sendiri merupakan singkatan dari gulai tikungan karena dahulu pedagangnya berjualan di dekat persimpangan jalan. Kuliner ini terbilang legendaris karena sudah ada sejak tahun 1970-an.
![]() |
Kini penjual gultik bisa dihitung hingga belasan. Semuanya kompak menggunakan pikulan. Pembelinya duduk di kursi plastik sederhana pinggir jalan.
Konon kabarnya, dahulu kawasan ini selalu jadi tempat nongkrong anak muda kala malam hari. Terlebih memang pedagang gultik baru menggelar lapaknya mulai sore hingga dini hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ukuran porsi yang kecil sebanding dengan harganya yang terjangkau. Seporsi gultik hanya dibanderol Rp 10.000 saja. Cocok buat penggajal perut di malam hari.
Baca juga : Gulai dan Gule Tidak Sama Racikan Bumbunya
Pembeli gultik sendiri sangat beragam mulai anak muda, pekerja yang pulang kantor hingga keluarga yang sengaja ingin menyantap gultik. Tak hanya datang dari kawasan Blok M, pembelinya juga banyak yang sengaja datang dari jauh demi bisa menikmati sensasi makan gultik.
Banyak orang keliru dengan sebutan makanan ini. Gultik sebenarnya adalah suguhan gule bukan gulai. Gule merupakan hidangan berkuah khas Jawa yang dimasak dengan berbagai bumbu dan rempah. Kuahnya keruh namun tidak kental karena hanya menggunakan santan encer. (dvs/odi)