'Jungle chef' adalah julukan yang melekat pada diri Charles Toto. Julukan ini merujuk pada profesi Charles yang memang berkeliling dari hutan ke hutan di Papua untuk memasak. Ditemui detikFood (23/2) dalam peluncuran Papoea by Nature, Charles bercerita awal mula karirnya.
"Tahun 1997 saya bekerja di salah satu hotel di Jayapura. Banyak tamu asing tidak tahu mau makan apa. Saya lalu berpikir apa yang bisa kita presentasikan," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pria kelahiran Jayapura ini berpikir ide travel ekspedisi untuk melihat wisata hutan Papua. Hal ini berkaitan erat dengan peran hutan bagi kehidupan masyarakat di sana. "Hutan itu ibarat pasar bagi orang Papua dimana bisa mendapat bahan makanan tanpa mengeluarkan uang," lanjut Charles.
Charles lalu memasak di hutan bagi tamu-tamunya. Jenis dan cara masaknya akan bergantung wilayah hutan yang disinggahi. Ia mengatakan, "Bahannya berdasarkan wilayah, ada 7 wilayah adat di Papua. Masing-masing suku punya pola makan yang berbeda."
![]() |
Di wilayan Selatan Papua, misalnya, ada olahan daging rusa. Sementara di Sentani biasanya ia membuat ikan kuah hitam berbahan ikan gabus dan daun keladi. Sayur lilin juga jadi sajian andalannya. Menurutnya masak di hutan berbeda karena dari segi udara lebih bersih.
Selain itu ia juga harus memikirkan konsep berdasarkan kondisi hutan setempat. Charles juga mendapat banyak pengetahuan baru, salah satunya tentang garam yang bisa dibuat orang Papua dari daun, bukan air laut.
Tentang pengalaman memasak untuk tamu, Charles mengaku pernah masak untuk Mick Jagger dan Melinda Gates kala keduanya berkunjung ke Papua. "Mereka benar-benar saya perkenalkan pada masakan tradisional Papua. Ternyata mereka mau mencobanya dan saya bilang inilah yang dimakan orang kami untuk bertahan hidup," cerita Charles.
![]() |
Selain memasak untuk tamu, Charles juga punya misi istimewa. Ia juga mengajarkan beberapa resep masakan tradisional Papua untuk masyarakat Papua itu sendiri agar masakan asli Papua tidak hilang.
Ini dilakukan sehubungan pola makan orang Papua yang sudah mulai bergeser. Jika dulu mereka hanya mengandalkan bumbu minimalis seperti garam, kini mereka menganggap tambahan banyak bumbu dalam masakan lebih keren.
"Sagu juga mulai tergeser dengan beras dan roti," tutur pria ramah ini. Ke depannya ia ingin orang Papua mempertahankan makanan tradisionalnya. "Makanan Papua itu sehat, organik. Buktinya kakek saya bisa berumur hingga 105 tahun sebelum meninggal tahun lalu," pungkas Charles. (adr/odi)