Growol, makanan khas pedesaan dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang hingga kini masih terus eksis diantara makanan modern. Selain menjadi makanan pokok pengganti, makanan tradisional tersebut juga laris manis dipasarkan hingga ke luar kota.
Salah satu sentra produksi makanan berbahan dasar ketela pohon atau singkong di Purworejo adalah Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen. Mayoritas penduduk di kaki perbukitan Menoreh itu berprofesi sebagai produsen growol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ya habis sekitar 3 kwintal ketela pohon untuk buat growol ini setiap harinya," tutur Suparmi kepada detikcom, Selasa (6/2/2018). Suparmi menambahkan bahwa ketrampilan dalam pembuatan growol itu didapat dari orang tuanya yang sebelumnya juga memproduksi growol.
Selain sebagai mata pencaharian, pembuatan growol yang diwariskan secara turun temurun juga bertujuan untuk melestarikan makanan kampung tersebut.
"Sudah turun temurun dari orang tua dan nenek moyang terdahulu, sampai sekarang terus diwariskan ke anak turunnya biar growol tetap ada dan tidak punah," imbuhnya
![]() |
Proses pembuatan makanan dengan warna putih dan rasa gurih khas ketela pohon ini cukup panjang. Setelah singkong dikupas dan dibersihkan, kemudian direndam air bersih dalam bak besar selama sekitar 4 hari. Untuk menghilangkan bau kecut, setelah direndam singkong kemudian dicuci 7 sampai 10 kali hingga bersih sambil dipisahkan dari serat-serat kasar.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam karung untuk dipres agar kadar airnya berkurang. "Setelah dipipit atau dipres kemudian digiling dan dikukus sampai matang sekitar 15 menit. Terus dicetak pakai ceting atau bakul dari bambu yang sudah dibikin dengan ukuran khusus. Rata-rata berat per bakul sekitar 2 kilogram," lanjutnya.
![]() |
Dengan harga sekitar Rp. 10.000, per bakul, growol asal Desa Dadirejo tersebut 90% dipasarkan ke Yogyakarta dan sekitarnya. Makanan gurih dari ubi itu lebih nikmat jika disantap dengan tempe atau tahu bacem dan teh hangat.
Sementara itu perangkat Desa Dadirejo, Suherman (51) berharap agar keberadaan growol di desa tersebut tetap dijaga agar tidak punah meski makanan modern lain terus berkembang. Makanan khas menyehatkan yang dibuat tanpa bahan pengawet dan bisa tahan hingga 4 hari itu juga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh khas Purworejo.
![]() |
"Semoga growol tetap ada terus sampai kapanpun, saya harap warga juga tetap memproduksi terus untuk nguri-uri makanan tradisional. Kalau warga luar Purworejo yang ke sini juga bisa beli buat oleh-oleh," tutur Suherman ketika ditemui detikcom saat memantau proses pembuatan growol, Selasa (6/2/2018). (odi/odi)