Lontong tuyuhan, merupakan racikan lontong dengan lauk yang legendaris. Dinamakan lontong tuyuhan, karena makanan ini lahir dan berkembang di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Rembang.
Berupa potongan lontong yang empuk lembut, dilengkapi dengan opor ayam kampung yang berkuah santan encer. Rasanya gurih mirip opor ayam dengan sedikit aroma ketumbar. Selain ayam juga ditambah dengan tempe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lontong digunakan sebagai pengganti nasi dalam penyajiannya. Terdapat potongan ayam kampung dan tempe rebus maupun jeroan yang menjadi pelengkap menu. Untuk minumannya, lebih nikmat dengan es kelapa muda.
"Rasanya seperti sayur opor, tapi ada pedasnya dan juga beda sih. Malah bikin nagih terus rasanya pengen makan terus," tutur Lestari, asal Semarang.
Makanan khas Rembang ini dapat dengan mudah dijumpai di Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Rembang. Disana terdapat los pedagang lontong tuyuhan yang berjumlah puluhan berkumpul dalam satu tempat.
![]() |
Rais,salah satu pedagang lontong tuyuhan menyebutkan, secara garis besar untuk memasak lontong tuyuhan menyerupai sayur opor. Namun terdapat bumbu tambahan seperti bumbu dalam sayur semur.
"Ya semua bumbu opor masuk ke sini, tapi ada tambahan seperti ketumbar, merica dan lainnya. Ayamnya pakai ayam kampung, juga ada tempe kedelai biasa yang dimasukkan dalam sayurnya," papar Rais.
Lontong dari masakan ini pun memiliki bentuk segitiga, beda dari lontong pada umumnya. Menurut Rais, ada filosofi tersendiri dalam bentuk lontong yang digunakan sebagai sajian lontong tuyuhan tersebut.
"Bentuknya segitiga ini merupakan simbol. Segitiga kan ada tiga sudut, jadi kita selalu berpegang pada tiga prinsip. Budaya atau sejarah, agama, dan pendidikan. Disitu kita diajarkan dan itu yangjadi acuan kita selama ini," terangnya.
![]() |
Dalam satu los bangunan yang semuanya diisi puluhan pedagang lontong tuyuhan, selalu saja ramai dikunjungi pembeli. Terlebih saat bulan Ramadhan, lokasi los pedagang lontong tuyuhan akan disesaki para pembeli dari ujung ke ujung.
"Biasanya kalau puasa malah saya gak sempet buka sendiri, dari puluhan pedagang sini malah biasanya sampai kurang-kurang. Padahal menunya sama," tuturnya. (odi/odi)