Kalau Ada di Pati, Jangan Lupa Jajan Nasi Gandul Plus Es Kawista Segar

Kuliner Pusaka Bondan Winarno

Kalau Ada di Pati, Jangan Lupa Jajan Nasi Gandul Plus Es Kawista Segar

Bondan Winarno - detikFood
Sabtu, 02 Des 2017 06:00 WIB
Foto: detikFood
Jakarta - Kalau sedang di Pati, makanan berkuah nan gurih ini paling cocok disantap dengan didampingi es sirup kawista yang wangi aromanya .

Mengapa disebut nasi gandul? Ini dia jawabannya!

Nasi gandul adalah sajian khas Pati, Jawa Tengah. Dilihat sepintas, ia sangat mirip dengan nasi pindang dari Kudus, tetapi tanpa daun so (daun melinjo muda). Kalau nasi pindang kudus adalah hasil persilangan antara soto dan rawon, maka nasi gandul pati adalah persilangan antara soto dan gule.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasi gandul memang lebih nendang dan mlekoh rasanya bila dibanding dengan nasi pindang. Sajian ini merupakan kombinasi dari dua masakan yang masing-masing dimasak dengan bumbu sangat kaya.

Kalau Ada di Pati, Jangan Lupa Jajan Nasi Gandul Plus Es Kawista SegarFoto: Arif Syaefudin/detikcom

Elemen pertama adalah empal daging sapi (juga termasuk jeroan) yang dimasak dalam bumbu-bumbu harum, kemudian digoreng sebentar. Empalnya sudah gurih bila dimakan begitu saja. Elemen kedua adalah kuah santan yang juga sangat gurih. Rasa jintan dan ketumbar mencuatkan citarasa gulai atau kari India.

Sedangkan lengkuas dan bawang putih mewakili unsur-unsur soto yang populer di Jawa. Diperkaya dengan bumbu-bumbu lain, diikat dengan santan yang membuatnya sungguh mak nyuss!

Tidak semua penjual nasi gandul – baik di Pati, maupun di kota-kota lain – menyajikannya dengan cara yang sama. Tetapi, yang pasti, hampir semua penjual nasi gandul memakai alas piring dari daun pisang. Tampaknya ini merupakan ciri penting yang tidak boleh tidak.

Kalau Ada di Pati, Jangan Lupa Jajan Nasi Gandul Plus Es Kawista SegarFoto: Arif Syaefudin/detikcom

Sebagian penjual memakai gunting untuk memotong-motong daging maupun jeroan. Cara menggunting ini juga populer dilakukan di Kudus, misalnya ketika menyajikan nasi pindang. Para penjual nasi kari ayam di Medan pun menggunakan gunting untuk memotong-motong daging ayam.

Ada penjual nasi gandul yang menuang kuah di atas nasi, kemudian menggunting-gunting empal di atasnya. Tetapi, ada pula yang menggunting empalnya dan menaburkannya di atas nasi, baru kemudian dituangi kuah. Di atasnya ditaburi bawang merah goreng yang renyah.

Mengapa disebut nasi gandul? Pertanyaan sederhana ini ternyata sulit menemukan jawabnya. Hampir tidak ada jawaban memuaskan, termasuk dari mereka yang berdagang nasi gandul. Satu-satunya jawaban yang agak masuk akal adalah karena nasi dan kuahnya "gemandul" (bergantung) di atas piring yang terlebih dulu dialasi daun pisang.

Lauk wajib untuk nasi gandul adalah tempe goreng. Biasanya tempenya adalah jenis yang dibungkus individual. Tipis, padat, dan kering. Teksturnya yang garing itu sangat padan dengan tendangan kuah nasi gandul yang mantap. Tentu saja, lauk-pauk gorengan lainnya juga cocok untuk mendampingi nasi gandul.

Kalau sedang di Pati, makanan berkuah nan gurih ini paling cocok disantap dengan didampingi es sirup kawista yang aromanya sangat harum. (odi/odi)

Hide Ads