Makin Praktis, Makan di KFC Hangzhou Cukup Bayar Pakai Senyum

Makin Praktis, Makan di KFC Hangzhou Cukup Bayar Pakai Senyum

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Minggu, 03 Sep 2017 11:37 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Teknologi membuat semuanya makin praktis. Kini makan di restoran tak perlu keluarkan uang atau gesek kartu, cukup tersenyum!

Reuters (2/9) melaporkan gerai KFC di Hangzhou, China perkenalkan metode pembayaran baru pada pelanggan. Namanya "Smile to Pay" yang memakai sistem pengenalan wajah.

Selain itu, gerai KFC di timur kota China ini juga menerapkan konsep lebih sehat. Menjadi bagian proyek Yum China Holdings Inc yang berfokus menarik minat pelanggan muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di KFC ini bayar makannya dengan senyum.Di KFC ini bayar makannya dengan senyum. Foto: Istimewa

Yum masih menjadi jaringan resto fast food terbesar di pasar dengan lebih dari 7.685 outlet. Sementara itu, Yum China perlahan berkembang dengan tahun ini memperkenalkan gerai terbaru KFC di Hangzhou tersebut yang bernama KPRO.

Presiden Yum China, Joey Wat menargetkan pelanggan muda yang melek teknologi. Sekaligus suka mencicip rasa dan inovasi baru.

Mengenai teknologi pengenalan wajah, KPRO menggunakan jasa Ant Financial yang menyediakan software-nya. Mereka berujar ini adalah penerapan komersial teknologi pertamanya di dunia.

Pelanggan cukup memindai wajah mereka di kios pemesanan yang ada. Mereka juga harus memasukkan nomor telepon untuk mencegah pencurangan sistem.

Makin Praktis, Makan di KFC Hangzhou Cukup Bayar Pakai SenyumKFC Hangzhou. Foto: Istimewa

"Dikombinasikan dengan kamera 3D dan algoritma deteksi kehidupan, Smile to Pay bisa mencegah seseorang menyalahgunakan foto atau video orang lain dan memastikan keamanan akun," ujar Jidong Chen dari Ants Financial.

Untuk menunya KPRO memanfaatkan bahan-bahan segar lalu meraciknya sesuai pesanan. Diantaranya salad, panini, ayam panggang, jus segar dan gourmet coffee.

Namun konsep gerai seperti ini bukanlah yang pertama bagi Yum. McDonald's sebelumnya sudah jalankan ide serupa di Shanghai tahun 2015. (lus/odi)

Hide Ads