Gorengan kambing, mungkin masih asing bagi sebagian orang. Kuliner autentik kambing asal Betawi ini, biasanya disajikan sebagai menu sarapan. Bersama nasi ulam atau nasi uduk, serta semur jengkol Betawi.
![]() |
Berbeda dengan namanya, hidangan ini adalah campuran antara gulai dan semur. Gorengan kambing disajikan dalam kuah yang gurih, dengan isian kambing yang bisa dipilih sendiri sesuai selera. Mulai dari daging, paru, jeroan, atau dicampur. Gorengan kambing kemudian ditaburi acar dan irisan mentimun serta emping dan kerupuk yang membuat rasanya semakin lezat.
Sekilas tampilan makanan ini mirip dengan kari kambing. Kuahnya yang berwarna kuning pekat, tapi bumbu dan bahan yang digunakan cukup berbeda. Campuran beberapa rempah, membuat aroma sedap keluar dari kuah ini. Karenanya gorengan kambing sama sekali tidak berbau lemak kambing.
![]() |
"Cara pembuatan gorengan kambing sebenarnya cukup mudah, kuncinya hanya mencuci daging kambing harus bersih dan merebusnya sebelum dicampur dengan bumbu," tutur Rizal salah satu pemilik Nasi Ulam & Nasi Uduk Ibu Yoyo, ketika ditemui di acara Berkah Lezat Bango (24/08/17).
Dulunya gorengan kambing ini banyak ditemui di daerah permukiman Betawi. Namun seiring berjalannya waktu, salah satu warisan kuliner nusantara ini mulai punah. Salah satunya yang masih bertahan hingga kini ialah rumah makan Nasi Ulam & Nasi Uduk Ibu Yoyo yang terletak di Karet Pedurenan, Jakarta Selatan.
"Setelah daging kambing dicuci hingga bersih, daging direbus selama 45 menit hingga satu jam. Sementara untuk jeroan kambing direbus selama satu jam lebih untuk menghilangkan aroma prengus dari kambing." lanjutnya.
Tiap hari rumah makan Ibu Yoyo ini bisa menghabiskan sekitar 5-7 kilogram daging kambing dan jeroan. Selain nasi ulam dan nasi uduk, gorengan kambing juga cocok disantap dengan semur jengkol, semur telur, empal goreng, dan tahu tempe.
![]() |
Yang membuat gorengan kambing ini berbeda dengan gorengan kambing lainnya adalah, pengolahannya yang masih menggunakan kayu bakar dan mempertahankan resep autentik milik keluarga yang telah turun-temurun sejak rumah makan ini pertama kali berdiri di tahun 1951.
"Kami masih mempertahankan resep asli sejak dulu, sehingga rasa gorengan kambing tidak pernah berubah," ungkap Rizal. Satu porsi gorengan kambing dibandrol dengan harga Rp. 10.000,- dan nasi ulam seharga Rp. 5.000,- saja. (msa/odi)