Meski namanya ganjel rel atau pengganjal rel, tentu kue ini berbeda dengan yang dipakai pada kereta api. Sebab ganjel rel yang dimaksud berupa sebutan untuk roti.
Istilah roti ganjel rel populer di Semarang. Mungkin teksturnya yang cukup padat dan bentuk kotak membuatnya mirip balok pengganjal (bantalan) rel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kangen Roti Gambang atau Roti Sobek? Toko Roti Ini Punya Roti Legendaris
Warna cokelat dengan taburan wijen jadi ciri khas roti klasik tersebut. Meski begitu, roti ganjel rel tidak memakai cokelat dalam pembuatannya. Warna didapat dari penggunaan gula merah dan kayu manis. Sehingga aroma wangi khas kayu manis tercium kuat dari roti ganjel rel.
![]() |
Berbeda dengan roti kegemaran orang Indonesia yang biasanya empuk, ganjel rel cenderung kasar, keras dan bantat. Namun rasanya enak, apalagi kalau ditemani secangkir teh hangat.
Karena teksturnya keras dan bantat jika dimakan begitu saja akan terasa seret di tenggorokan saat ditelan. Makanya orang selalu menikmatinya dengan cara dicelup dulu dalam kopi atau teh hangat hingga roti agak lembek baru digigit. Sebagian demi sebagian. Dijamin kenyang!
Ada produsen yang mulai memodifikasi teksturnya supaya lebih sesuai selera pasar. Walau secara umum keberadaan roti ganjel rel kini sudah semakin langka penjualannya.
![]() |
Roti ganjel rel menjadi rebutan masyarakat Semarang tiap tahunnya. Mulai dari anak kecil hingga orang tua. Sebab ribuan roti dibuat untuk dibagikan pada Tradisi Kirab Budaya Dugderan.
Baca juga: Kirab & Kue Ganjel Rel dalam Tradisi Jelang Ramadan di Semarang
Tradisi berlangsung sehari sebelum puasa untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Kehadiran roti ganjel rel menjadi simbol tak ada gangguan, dimana harapannya dapat memperkuat diri saat menjalankan ibadah puasa.
(msa/odi)