Setelah water sommelier atau pencicip air mineral, kini mulai dikenal milk sommelier. Profesi unik ini mempelajari susu murni sebagai objek utamanya.
Dikabarkan Oddity Central (12/6), Bas de Groot adalah salah satu sosok milk sommelier. Sejak dulu ia amat menyukai susu sampai-sampai menghabiskan 3-4 liter susu per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun kecintaannya pada susu semakin bertambah usai mencicip susu mentah (raw milk) untuk pertama kalinya. Cita rasa kuat dan berlapis membuat indera perasanya tergelitik. Sejak itu, Bas penasaran mencicip ragam susu yang dihasilkan di wilayah berbeda di Belanda.
Dengan menyandang gelar milk sommelier, Bas kini keliling dunia untuk mencicip susu mentah. Sekaligus mengedukasi masyarakat tentang keunggulan dan manfaat minum jenis susu tertentu.
Sayangnya kini ia belum bisa mengenali jenis susu tertentu hanya berdasarkan rasanya. Tapi Bas mampu mendeteksi sentuhan rasa susu berbeda berdasarkan pakan sapi dan tanah tempat sapi diternakkan.
Secara rutin Bas menggelar 'milk tasting,' setiap peserta berkesempatan mengenali perbedaan rasa susu di supermarket dengan susu mentah. Mereka diajak mencium, mengaduk dan merasakan susu tersebut sambil berdiskusi dari mana asal susu dan mengapa rasa susu bisa berbeda satu sama lain.
![]() |
Susu Jersey dari sapi pemakan rumput dan sapi Meuse-Rhine Ijsselkoe, misalnya, tinggi kandungan lemak dan protein sehingga rasanya amat berbeda dari sapi Holstein dan Frysian pemakan jagung. Bas menjelaskan proses peternakan sapi dan pakan berbeda amat mempengaruhi cita rasa susu.
"Susu dari sapi pemakan rumput lebih fruity. Sementara susu dari sapi pemakan jagung lebih penuh namun seringkali disertai aftertaste pahit. Mirip susu di supermarket," ujar Bas.
Ia menambahkan, "Susu kini sudah jadi produk massal dengan pengolahan sedemikian rupa. Beberapa senyawa susu dijual ke perusahaan farmasi untuk kepentingan pengobatan. Jadi susu yang Anda minum sekarang bukan hanya skimmed milk tapi benar-benar 'susu baru,'" ujarnya.
Bas menyoroti proses pasteurisasi dan homogenisasi yang menurutnya berdampak negatif pada rasa susu. Ia melanjutkan, "Susu jadi tak ubahnya produk minim rasa." Berbeda dengan susu mentah yang rasanya kaya, kebanyakan mungkin belum pernah dicicip seseorang.
Dengan mengedukasi banyak orang lewat profesi milk sommelier inilah Bas berharap pilihan susu mereka bisa berubah. "Hal utama yang saya lakukan adalah menceritakan keragaman susu yang kaya," pungkas Bas. (adr/odi)