Dibanding memori lainnya, memori soal makanan bersifat lebih kuat dan menggugah. Profesor Psikologis dan Ilmu Otak di Universitas Massachusetts, Susah Whitborne menjelaskan, "Memori makanan lebih sensoris dibanding memori lain karena melibatkan kelima indera. Jadi ketika Anda benar-benar terlibat dengan stimulus, efeknya lebih kuat."
Sementara itu psikolog dan neuroscientist Hadley Bergstrom menambahkan, "Memori yang melibatkan indera pengecap cenderung menjadi memori asosiatif terkuat yang bisa Anda buat," jelasnya. Hal ini disebabkan taktik bertahan hidup yang disebut "conditioned taste aversion."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Istilah tersebut merujuk pada keadaan dimana ketika seseorang mengalami keracunan makanan, ia jadi enggan mencicip hidangan, bahan makanan yang terkandung atau restoran tempat terjadinya keracunan makanan tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Meski tak terkait dengan memori makanan yang menyenangkan, hal ini bisa menjelaskan mengapa memori tentang makanan bisa begitu kuat. "Memori makanan bersifat nostalgia karena ada konteks lebih luas yang menyertainya," jelas Whitbourne.
Ia melanjutkan, "Termasuk ketika Anda menyiapkan dan memakan makanan tersebut. Makananpun hampir jadi simbol atau melambangkan suatu arti. "Saat mengingat apple pie, misalnya, Anda mungkin akan mengingat kehangatan keluarga," ungkap Whitbourne.
![]() |
"Idenya adalah tentang nostalgia. Contohnya saus bolognese bukan hanya berhubungan dengan pasta enak tetapi juga dengan nenek dan rumahnya. Ini karena makanan jadi faktor penguat," jelas Bergstrom. Semua stimulus di lingkungan jadi berhubungan dengan faktor penguat dari saus pasta enak.
Pada intinya, memori makanan menjadi kuat bukan hanya karena kita membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Tetapi juga karena dibentuk oleh konteks yang mencakup orang-orang di dalamnya, situasi dan emosi yang terlibat.
(adr/odi)