Peniliti di Amerika Serikat menyelidiki efek dari melihat dan memotret makanan. Ternyata hal ini bisa membuat orang jadi kurang menikmati makanan.
Profesor pemasaran di BYU Marriott School of Management menemukan bahwa paparan berlebihan terhadap gambar makanan dapat mempengaruhi kepuasan seseorang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ketika kita membuka instagram, kita harus memfokuskan perhatian pada obyek dalam gambar, sekalipun untuk waktu yang sangat singkat. Ini bisa menyebabkan berbagai efek pada kenikmatan setelahnya," ujar peneliti Profesor Joseph Redden, kepada The Independent (8/5).
Ia mencontohkan seseorang akan merasakan suatu makanan jika posting Instagram memicu pemikiran cepat tentang konsumsi makanan itu. Makanan juga bisa dianggap lebih spesial hanya karena melihat gambarnya di Instagram.
"Namun jika kita terlalu banyak menghabiskan waktu berulang kali melihat makanan seperti itu, penelitian kami menemukan bahwa ini bisa memicu pre-satiation (kepuasan sebelumnya). Anda sudah sedikit bosan dengan makanannya sebelum mulai mengonsumsinya," tambah Redden.
![]() |
Sementara itu, Profesor Redden tidak mau memberi klaim kesehatan apapun. Misalnya saja ia tidak merekomendasikan mengambil foto makanan sebagai strategi diet. Sebagai pakar pemasaran, fokusnya hanya bagaimana gambar bisa mempengaruhi orang mau mengeluarkan uangnya.
"Seperti kebanyakan iklan, penelitian kami menunjukkan keefektifan iklan akan hilang dengan semakin banyak eksposur. Tidak seperti kebanyakan produk, kami menemukan bahwa makanan juga bisa menimbulkan efek tak terduga ini, dimana pengalaman dari produk sendiri terasa kurang menyenangkan ketika produk dikonsumsi," jelasnya.
Sebenarnya chef-chef di Prancis dan New York sempat mengancam adanya larangan penggunaan kamera dan telepon genggam di restoran mereka. Heston Blumenthal bahkan pernah menyampaikan pada The Telegraph kalau dia lebih suka konsumen tidak mengambil foto. Supaya mereka lebih menikmatinya dan tidak mengganggu orang lain saat memotret makanan.
(adr/odi)