Memasak bersama anak sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan chef Ragil Imam Wibowo. Meski tak ada hari khusus, biasanya kegiatan ini berlangsung pada akhir pekan.
Chef Ragil berkisah awalnya kedua anak perempuannya, Kaylin dan Kirani, suka bermain-main di dapur. Seiring berjalan waktu, mereka tertarik ikut masak. Sehingga tidak ada pendekatan tertentu yang dilakukan chef Ragil agar anaknya mau memasak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dari usia mereka 3-4 tahun sudah senang di dapur. Anak-anak umur segitu pengin banyak tahu. Kalau saya ada tepung di dapur, mereka ikut main. Akhirnya senang. Karena biasanya untuk anak kegiatan harus menyenangkan," ujar chef Ragil saat dihubungi Detikfood (24/3).
Untuk tugas masak, pertama-tama anak diminta mengaduk bahan. Contohnya saat bikin kue kering.
"Dulu mereka aduk adonan cookies atau potong bahan salad dengan pisau khusus. Nggak pakai kompor dan nggak membahayakan mereka. Mereka mulai main kompor usia 6 tahun. Bikin olahan telur, omelet," lanjut chef pemilik Nusa Indonesian Gastronomy ini.
Ketika masih kecil, chef Ragil membiarkan anaknya eksplor sesuai umur. Tidak dipaksa untuk memasak. Anak baru bisa dibentuk ketika usianya 7-8 tahun.
Kini setelah Kirani menginjak usia 13 dan Kaylin berusia 16 tahun, dua anak chef Ragil jadi lebih mandiri. "Sekarang mereka masih suka masak. Jadi anak-anak kalau ditinggal, kita udah nggak khawatir," ungkapnya.
Terkadang chef Ragil juga diskusi resep yang anaknya temui di internet misalnya YouTube. Chef memberi masukan untuk resep yang perlu direvisi.
![]() |
Menurut chef Ragil, ia mengajak anak memasak bukan karena ingin anaknya ikut menjadi chef saat sudah besar. Tapi lebih kepada bekal hidup.
"Masak itu bukan masalah mereka mau atau tidak. Tapi dibutuhkan untuk kehidupannya. Misalnya kalau mereka ngekos atau saat mereka besar masak untuk keluarganya. Bukan untuk tujuan jadi chef. Ada beberapa keterampilan yang mereka harus bisa sebagai basic training skill," jelas chef Ragil.
Karena sudah terlatih sejak kecil, chef Ragil mengaku sekarang anaknya bisa tahu makanan yang enak dan tidak enak.
"Efeknya mereka tahu rasa makanannya. Ini jadi bagian memori rasa. Mereka tahu makanan enak dan tidak," pungkas chef Ragil yang juga suka mengajak anak mencicip makanan di restoran. (msa/odi)