Pencinta Salmon Sebaiknya Tahu Fakta Soal Salmon Ini

Pencinta Salmon Sebaiknya Tahu Fakta Soal Salmon Ini

Sonia Permata - detikFood
Jumat, 27 Jan 2017 15:30 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Konsumsi salmon meningkat seiring kepopuleran sushi di dunia. Hal ini berdampak pada budidaya ikan salmon di Australia.

Bahayanya intensif peternakan ikan salmon, telah menjadi sebuah masalah. Jika terus dibiarkan secara terus menerus dapat membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

Ikan salmon memang menjadi salah satu jenis ikan laut yang paling banyak digemari. Banyak dikonsumsi dalam bentuk sushi dan sashimi. Ikan salmon kini banyak dihasilkan melalui budidaya peternakan bukan dari laut lepas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut ABC Four Corners, peternakan salmon yang intensif, termasuk menggunakan pewarna kimia untuk warna daging salmon, saluran air, membuat salmon berada di dalam tekanan, lapor news (11/16).

Foto: iStock


Frances Bender, salah satu pendiri perusahaan besar budidaya salmon Tasmania, Huon Aquaculture, menyampaikan kepada Pemerintah Tasmania tentang bahayanya metode peternakan intensif terhadap salmon di pelabuhan Macquarie Harbour.

Selain itu Huon Aqua Qulture juga memberikan saran kepada Pemerintah Tasmania untuk mengurangi jumlah ikan salmon di pelabuhan.

Pemerintah Tasmania juga memberikan laporan dari penelitian ilmiah yang menunjukkan adanya kenaikan suhu temperatur dan jumlah kadar oksigen yang menurun di dalam air selama bulan Febuari 2016.

Foto: iStock


Banyak ikan salmon yang alami kesulitan untuk bernafas, dan sangat tertekan. Akibatnya ikan-ikan ini menolak untuk makan dan mulai bertahan hidup tanpa makanan.

Di bulan Mei 2015, sekitar 85.000 ikan salmon dari peternakan Petuna Seafoods, mati mengambang memenuhi pelabuhan.

"Fakta-fakta yang terjadi telah menjelaskan segalanya, kejadian ilmiah ini adalah salah satu contohnya," ungkap Frances.

Profesor Tim Dempster dari Melbourne University's Sustainable Aquaculture Laboratory, mengatakan kepada ABC bahwa ke depan akan semakin banyak ikan salmon yang mengalami kondisi seperti ini.

Namun, setelah banyaknya peringatan dan kejadian Frances merasa bahwa departemen industri dan organisasi lingkungan seperti Water and Environment, masih belum menindaklanjuti masalah ini dengan serius.

Walaupun begitu, tidak semua setuju dengan pemikiran yang diajukan oleh Frances.

Ketua eksekutif dari Petuna Seafiids, mengatakan bahwa kejadian ikan salmon yang mati mengapung di pelabuhan Macquarie bukan karena proses peternakan namun karena dampak dari Selat Malaka.

Produsen salmon terbesar, Tassal, mengungkapkan bahwa pelabuhan Macquarie memiliki sistem irigasi air yang baik.

ABC juga mengungkapkan dalam investigasi yang mereka lakukan bahwa ikan salmon yang diberikan pewarna kimia pada makanan mereka, menciptakan daging salmon yang berwarna merah muda. Umumnya ikan salmon berwarna sedikit ke abu-abuan atau putih.

"Jika konsumen melihat daging ikan salmon memiliki warna abu-abu dan putih, kemungkinan besar mereka tidak akan membelinya," tutur Marc Zemel, pengacara di firma hukum Smith & Lowney, Seattle. (msa/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads