Kue rangi atau disebut juga sagu rangi merupakan kue tradisional dari Betawi. Hingga kini kue berwarna putih ini masih banyak dijual di sudut-sudut Jakarta. Ada yang memakai gerobak dorong atau pikulan.
Dalam pembuatannya, tepung sagu aren atau tepung kanji dicampur dengan parutan kelapa dan garam. Kemudian adonannya dimasukkan dalam cetakan aluminium yang sudah dipanaskan berbentuk bulan sabit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ketika memasukkan adonan ke tiap baris cetakan, pedagang biasanya agak menekan permukaan adonan jadi agak pipih. Baru kemudian cetakan diberi penutup.
Adonan dipanggang sampai kering dan matang. Ada penjaja yang masih memakai kayu bakar dan api arang untuk memanggangnya.
![]() |
Setelah matang, tiap kue diambil dari cetakan memakai tusukan untuk kemudian dipindahkan ke wadah mika. Baru permukaannya diberi kucuran saus gula merah. Wangi kelapapun menyeruak dari gerobak penjual kue ini.
Rasanya begitu nikmat saat dimakan hangat-hangat. Karena kalau sudah dingin, kue cenderung jadi keras. Terasa perpaduan kue rangi kenyal gurih dengan saus legit wangi. Apalagi kadang penjual menambahkan potongan nangka.
![]() |
Salah satu penjual kue rangi yang Detikfood temui, sudah berjualan kue ini selama 10 tahun. Ia sehari-hari menjajakan kue rangi di kawasan Sabang. Padahal rumahnya berlokasi di Pejompongan.
"Saya awalnya ikut orang terus jualan sendiri. Dari dulu jualannya di Sabang karena ramai. Pernah jualan keliling tapi karena sudah tua ya sekarang mangkal saja di sini," ujar penjual bernama Buang itu.
Setiap harinya Pak Buang membawa sekitar 2 kg adonan untuk membuat kue rangi. Tiap satu baris kue rangi ia jual Rp 7.000.
Pak Buang juga menerima pesanan dengan minimal Rp 800.000 untuk acara. Karena saat acara biasanya ia akan membawa pikulan meracik langsung kue rangi. (msa/odi)