Jeda Sore dengan Secangkir Teh yang Jadi Tradisi

Mengenal Afternoon Tea

Jeda Sore dengan Secangkir Teh yang Jadi Tradisi

Odilia Winneke Setiawati - detikFood
Rabu, 03 Agu 2016 12:23 WIB
Foto: Odilia
Jakarta - Menikmati teh kini jadi bagian gaya hidup masyarakat urban. Ngobrol sambil menikmati teh dan kue-kue jadi kenikmatan tersendiri.

Budaya minum teh secara tradisional sudah dikenal lama di Indonesia. Menikmati teh dengan jajanan sederhana. Umumnya dilakukan di sore hari pukul 3 atau 4 sore.

Daun teh diseduh langsung dengan air panas, atau dikenal dengan nama 'wasgitel', wangi panas legi kentel. Teh tubruk ini dinikmati dengan gorengan atau jajan pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan masyarakat kota mengadaptasi minum teh dari masa kolonial. Ini ada kaitannya dengan dibukanya banyak perkebunan teh di Indonesia terutama di kawasan Jawa Barat dan sekitarnya.

Tentunya menyebut 'afternoon tea' tak bisa lepas dari Inggris. Meskipun kita mengenalnya melalui orang Belanda. Karena negara ini dikenal dengan budaya 'afternoon tea' yang kental.

Cara menikmati teh juga berbeda. Jika di pedesaan orang menikmati teh hitam tubruk dengan tambahan gula batu, gula merah atau gula pasir. Maka gaya barat, mengenal beragam jenis racikan teh atau 'tea blending'.

Penganan kecil yang jadi pendampingnya juga beragam. Kue kering atau cookies, cake, pie, sandwich, scone dan kadang ditambah dengan jenis kue lokal.

Meskipun hanya 1 hingga 2 jam, jeda minum teh dinikmati dengan serius. Tak heran jika kini banyak bermunculan butik teh, kafe atau lounge hotel berbintang dengan menu 'afternoon tea' yang menarik.

Sambil minum teh mereka juga memanfaatkan waktu jeda untuk bersosialisasi, pertemuan bisnis atau sekedar jeda. Karenanya minum teh sore sudah jadi kebutuhan.

Dalam ulasan khusus ini detikfood ingin mengajak Anda mengenal lebih lengkap kebiasaan minum teh sore ini. Mulai dari asal-usul, jenis teh, etiket, cara penyeduhan teh, ragam kue hingga tempat asyik buat minum teh. (lus/odi)

Hide Ads