Hal ini disadari benar oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia PBB (FAO) Indonesia. Karenanya mereka menggelar kampanye "Ayam Sehat dari Peternakan ke Meja Makan". Kampanye ini merupakan bagian dari Indo Livestock Expo and Forum 2016 yang berlangsung 27-29 Juli di Jakarta Convention Center.
Didampingi para ahli, FAO mengajak konsumen dan para pelaku industri perunggasan mengikuti simulasi interaktif perjalanan seekor ayam dari peternakan hingga dihidangkan di meja makan. Dengan cara ini diharapkan konsumen bisa lebih bijak dalam membeli daging dan telur ayam yang sehat dan aman. Sementara itu, para peternak diharapkan mendapat pemahaman yang baik mengenai manajemen peternakan efektif dan efisien. Termasuk praktik cerdas yang bisa meningkatkan keuntungan finansial mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia menambahkan konsumsi daging dan telur ayam yang sehat dan aman secara otomatis turut meningkatkan keuntungan peternak. Karena permintaan akan meningkat seiring kesadaran konsumen yang makin baik. "Konsumen dan peternak akan sama-sama diuntungkan," ujar McGrane.
Dalam pameran Indo Livestock 2016 ini stan FAO menampilkan beberapa replika lokasi yang secara runtut menjelaskan perjalanan ayam. Mulai dari peternakan, laboratorium, rantai pasar, pusat pemotongan unggas, dan meja konsumen.
![]() |
Di Area Peternakan Sehat, pengunjung belajar tentang model Biosekuriti 3-Zona. Model ini membagi peternakan ke dalam tiga area yang berbeda berdasarkan risiko biosekuriti; dari area luar yang memiliki risiko penyakit tinggi (zona merah), ke area risiko sedang (zona kuning), hingga ke zona hijau, yaitu area dengan akses terbatas dan sangat dijaga, tempat ayam berada.
Sementara di Area Laboratorium dan Pengawasan ada penjelasan seputar kegiatan pemerintah Indonesia dan FAO dalam memonitor sirkulasi virus avian influenza di Indonesia. Serta usaha meningkatkan kapasitas perugas kesehatan hewan di lapangan yang jadi mitra para peternakan.
Dari peternakan, ayam broiler atau ras pedaging akan melalui perjalanan yang panjang sampai ke pusat pemotongan unggas. Sebelum akhirnya dibawa ke pasar untuk dibeli konsumen. Di sinilah terjadi potensi penularan virus avian influenza, sehingga penting untuk melaksanakan pembersihan dan disinfektan pada truk pengangkut unggas di rumah pemotongan unggas sebelum truk kembali ke peternakan.
![]() |
Area Rantai Pasar mengajak pengunjung untuk mengetahui lebih jauh tentang kegiatan ini. "FAO ECTAD Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pertanian Indonesia meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui produksi unggas komersial yang bebas dari ancaman residu antimikroba (obat pembasmi mikroba) dan penyakit zoonosis yang dapat berpindah dari hewan ke manusia. Terutama avian influenza. Dari sisi konsumen, kami mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)," ujar Dr. McGrane.
Dalam pameran ini pula FAO Indonesia menghadirkan Area Warung Sehat. Di sini pengunjung bisa menikmati hidangan ayam gratis sambil bertukar informasi dengan para ahli. Agus Wahyudi, pengunjung dan praktisi peternakan dari sebuah perusahaan mengatakan stan FAO sangat bermanfaat untuk pemilik peternakan.
"Tambahan ilmunya mantap. Jadi peternak itu lebih tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah, seperti saat kena virus, AI, dan sebagainya."
Sementara itu, Teddy dari peternakan Alam Farm di Bojong Gede, Jawa Barat tertarik mengunjugi stan FAO karena berbeda dari yang lain. Pengunjung tak hanya datang dan mengambil brosur tetapi mendapat ilmu yang bermanfaat dari para ahli.
"Begitu saya masuk, ada penjelasan detail, mulai dari biosekuriti 3 zona, penanganan penyakit termasuk laboratoriumnya sampai pemotongan ayam, bagaimana menangani ayam yang sudah dipotong, sehingga lebih steril untuk dijual. Yang paling menarik tentang biosekuriti 3 zona, karena banyak aksesoris (peraga) yang membuat penasaran. Biosekuriti sangat bermanfaat, saya sudah menjalankan," pungkas Teddy. (adr/odi)




KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN