BBC melaporkan (29/6) The Basque Culinary World Prize digagas oleh Basque Culinary Center yaitu universitas yang berdedikasi untuk makanan. Universitas ini berlokasi di San Sebastian, wilayah Basque di pantai utara Spanyol.
Heston Blumenthal yang jadi anggota panel juri internasional menceritakan ide dibalik penghargaan bergengsi ini. "Idenya adalah untuk menghargai chef yang berjuang memperbaiki masyarakat melalui gastronomi. Juga memuji mereka yang bekerja di restoran dan membuat perbedaan di luar dapur," ujar Blumenthal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Finalis lain juga memiliki kemampuan memasak yang hasilnya berkelanjutan, termasuk Alicia Gironella dari Meksiko. Ia dikenal sebagai "slow food activist" yang bekerja melindungi hidangan lokal dari kepunahan. Lain lagi dengan Daniel Boulud, chef asal Prancis. Ia terpilih karena proyeknya di New York yang berfokus menyediakan makanan sehat bagi para orang tua.
Sementara Ann Cooper di Amerika Serikat terpilih karena usahanya mengurangi obesitas di kalangan anak. Begitu juga dengan Jose Andres dari Spanyol yang melakukan aksi mulia dengan mendirikan dapur umum di wilayah yang terkena bencana alam seperti badai dan gempa bumi. Penghargaan bertaraf dunia dari Basque Culinary Center ini memang didedikasikan untuk menciptakan cara berbeda dalam memandang makanan.
Joxe Mari Aizega, Kepala Basque Culinary Center mengaku awalnya ragu universitas yang dipimpinnya bisa fokus pada keahlian memasak. Namun ia mengatakan visi sedari awal ialah menciptakan sistem akademis yang ketat dan terakreditasi melalui program kuliah 4 tahun.
![]() |
Dibanding sekolah dan pelatihan masak lain, Basque Culinary Center ingin membawa makanan ke level berbeda. "Kami memiliki standar universitas, standar ilmu pengetahuan, tapi diaplikasikan untuk sesuatu yang bisa digunakan setiap orang," tutur Profesor Aizega. Di sini terdapat laboratorium makanan dimana dosen punya dapur di atas panggung. Ada juga kelas khusus untuk memanggang roti. Angkatan pertama Fakultas Ilmu Gastronomi di universitas ini lulus musim panas kemarin.
Mereka mempelajari reseptor sensoris mengenai apa artinya mencicip makanan. Ada juga pelajaran mengenai bagaimana rasa berubah dan konsep seperti "neo-phobia." Konsep ini mempelajari ketakutan resisten untuk mencicip ragam jenis makanan. Profesor Aizega mengatakan banyak mahasiswa yang baru masuk ingin menjadi chef. Mereka tertarik dengan kesuksesan dan status para celebrity chefs. Tetapi mereka sebenarnya diajarkan sesuatu yang lebih luas dari pekerjaan chef.
Termasuk siap memimpin restoran dimanapun, baik di New York atau Shanghai. Profesor Aizega mengaku dirinya dulu seorang profesor hukum tapi kini tertarik mempelajari makanan. "Ada banyak minat autentik pada makanan. Ini adalah bentuk ekspresi diri dalam bidang budaya seperti halnya identitas sosial sebagai nutrisi."
Menurutnya makanan saat ini bisa dianggap sebagai alat regenerasi ekonomi. Merupakan bagian penting dalam industri pariwisata. Joan Roca, pendiri restoran El Celler de Can Roca di Girona, Spanyol yang menjadi salah satu panel juri berpikiran sama. Ia turut mempromosikan ide mengubah dunia dari dapur.
"Memasak bukan sekadar memasak, tapi merupakan langkah untuk mencapai hal penting yang lebih banyak. Memasak punya kemampuan nyata mengubah masyarakat karena menyentuh semua hal: pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, identitas budaya, pertanian, dan perdagangan," ujar Roca.
"Setelah sekian lama kekuatan tersebut tidak dimengerti dengan baik, kini akhirnya hal itu berubah. Dapur telah terbukti bisa menjadi mesin perubahan yang kuat," pungkas Roca. (adr/odi)



KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN