Begini Dampak Brexit pada Makanan Ikonik Inggris

Begini Dampak Brexit pada Makanan Ikonik Inggris

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Minggu, 26 Jun 2016 13:14 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa memunculkan banyak kekhawatiran. Salah satunya tentang ekspor makanan ikonik Inggris seperti keju Cheddar dan pie daging babi Melton Mowbray.

Referendum Britain Exit (Brexit) diselenggarakan Kamis (23/6) waktu setempat. Ada 382 area pemilihan pemungutan suara termasuk Inggris, Wales, Skotlandia, Irlandia Utara, dan Gibraltar. Hasil penghitungan akhir BBC menyebut 51,9% pemilih mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa dan 48,1% pemilih ingin sebaliknya.

Brexit berdampak pada banyak hal diantaranya poundsterling jatuh ke titik terendah dalam 30 tahun terakhir, pasar saham global anjlok, dan harga minyak jatuh 5%. Di sisi lain dollar Amerika Serikat melesat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor makanan ikonik Inggris pun tak luput dari pengaruh Brexit. BBC (25/6) melaporkan Richard Clothier yang menjalankan bisnis keju Cheddar mengaku terkejut dengan hasil Brexit. Ia dan saudaranya, Tom khawatir keluarnya Inggris dari Uni Eropa berdampak besar pada usaha ekspor keju Cheddarnya ke Prancis.

"Saya pikir apa yang kita butuhkan saat ini adalah periode stabilitas politik. Kita tidak memerlukan perselisihan apapun," ujar Richard. Ia menambahkan, banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan. "Tiap orang perlu bekerja sama karena banyak tantangan sangat penting yang akan kita semua hadapi."

Kekhawatiran yang sama juga dituangkan Matthew O'Callaghan, Ketua Melton Mowbray Pork Pie Association. Sebuah badan yang melindungi melindungi kepentingan kue-kue East Midlands terkenal.

Matthew juga memimpin Asosiasi Perlindungan Nama Makanan di Inggris (UK Protected Food Names Association) yang mencakup hidangan lokal seperti Arbroath Smokies, East Kent Golding hops, keju Stilton, dan kentang Pembrokeshire Early. Hidangan-hidangan ini mendapat status khusus karena melestarikan metode tradisional atau khusus dalam proses pembuatannya.

Dibawah hukum Uni Eropa, ada beberapa cara untuk melindungi warisan hidangan ternama yang dibuat secara tradisional atau berhubungan dengan lokasi tertentu.

1. Traditional Specialty Guaranteed (TSG) berarti resep atau metode pembuatan hidangan tertentu harus sangat spesifik;

2. Protected Geographical Indication (PGI) berarti resep atau metode pembuatan hidangan tertentu dilindungi dan harus berasal dari lokasi khusus;

3. Protected Designation of Origin (PDO) berarti sebuah hidangan harus dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari area geografis tertentu.

4. Contohnya adalah keju Parmesan Reggiano, ham Parma, black pudding Stornoway, dan Champagne.

Matthew khawatir perlindungan nama makanan tersebut bisa dilupakan mengingat aturan berada dibawah payung hukum Uni Eropa. "Kami memiliki beberapa anggota yang sangat khawatir, dan ada banyak kekhawatiran tentang apa yang terjadi sekarang," ujar Matthew.


Ia menjelaskan, "Anda tidak harus menjadi anggota Uni Eropa agar sebuah makanan bisa dilindungi, contohnya kopi Kolombia. Tetapi pengaturan tersebut haruslah bersifat timbal balik. Mereka akan melindungi produk kita jika kita melindungi produk mereka."

Matthew menambahkan, "Kita akan membutuhkan undang-undang khusus untuk melindungi makanan ikonik Inggris. Jika kita ingin melindungi makanan tersebut di Uni Eropa, ketakutan saya adalah hal tersebut akan dilupakan dalam pembahasan."

Produsen makanan ikonik Inggris khawatir dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa muncul kemungkinan pihak lain membuat versi murah dari makanan tersebut. Seperti kemungkinan dibuatnya sosis Cumberland atau filling apple pie Bramley tiruan.

Sementara itu, Adrian Barlow selaku Chief Executive English Apples and Pears mengungkapkan kehilangan pekerja migran dari Uni Eropa akan berdampak pada produksi buah. "Apel dan pir dipetik dengan tangan. Karenanya pekerja musiman sangat dibutuhkan untuk hal ini."

Barlow menjelaskan merekrut pekerja Inggris untuk melakukan tugas tersebut terbukti tidak mungkin. "Warga Inggris tidak disiapkan untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Hampir semua pekerja musiman didatangkan dari luar Inggris, kebanyakan dari Eropa Timur," tutur Barlow.

Menurutnya sektor apel dan pir di Inggris membutuhkan 12.000 pekerja musiman per tahun. Barlow mengatakan, "Jika perusahaan tidak bisa merekrut pekerja dari luar negeri, banyak petani akan terpaksa menghentikan produksi mereka. Hal ini nantinya bisa berdampak pada kerusakan bisnis lokal, ekonomi lokal, ekonomi bangsa, dan hilangnya konsumen."

Menanggapi hal ini juru bicara Department for Food and Rural Affairs (Defra) mengatakan perubahan apapun dari Brexit tidak datang segera. Perlu diselenggarakan diskusi mengenai undang-undang perlindungan baru. (lus/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads