Brexit Turut Pengaruhi Harga Buah, Sayur, dan Kopi di Inggris

Brexit Turut Pengaruhi Harga Buah, Sayur, dan Kopi di Inggris

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Minggu, 26 Jun 2016 12:18 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Hasil akhir penghitungan referendum Britain Exit (Brexit) memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa. Hal ini berdampak pada sejumlah hal termasuk stok dan harga makanan di Inggris.

Pada Kamis (23/6) waktu setempat, Inggris menggelar referendum Brexit untuk menentukan apakah Inggris tetap dalam Uni Eropa (Remain) atau justru keluar (Leave) setelah lebih dari 43 tahun bergabung. Sebanyak 72,2 % pemilih terdaftar atau lebih dari 33 juta warga Inggris berpartisipasi dalam referendum bersejarah ini.

Hasil akhir menunjukkan kubu Leave menang dengan perolehan suara 51,9%, mengalahkan kubu Remain sebanyak 48,1%. BBC mencatat angka yang sama dengan perbandingan 17.410.742 warga Inggris memilih keluar Uni Eropa dan 16.141.241 memilih bertahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarnya Inggris dari Uni Eropa diprediksi akan berdampak buruk pada Inggris sendiri dan negara-negara Eropa lainnya. Inggris dikabarkan akan kehilangan akses pada pasar bebas Uni Eropa. Sementara, Uni Eropa akan mengalami pelemahan ekonomi dan politik dengan keluarnya Inggris.

Quartz (25/6) turut menyoroti dampak Brexit pada persediaan dan harga makanan di Inggris. Nilai impor makanan Inggris dikabarkan semakin tinggi seiring melemahnya poundsterling melawan dollar dan euro. Terlebih Inggris mengimpor seperempat makanannya dari Uni Eropa.

Pada 2015, Inggris mengimpor makanan dan minuman senilai 38,5 miliar poundsterling. Sementara nilai ekspornya hanya mencapai 18 miliar poundsterling.

Dilihat lebih jauh, sulit menjabarkan apa yang akan terjadi pada sektor makanan dan pertanian di Inggris. Mengingat Inggris yang merupakan salah satu pilar ekonomi utama dunia memisahkan diri dari blok perdagangan geo-politik yang juga kuat. Keadaan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Prospek jangka menengah akan sangat bergantung pada negosiasi keluar. Sehingga sulit mengukur dampak ekonomi atau menentukan peraturan bisnis mana yang masih harus dipatuhi Inggris," tutur Sarah Boumphrey, analis Euromonitor.

Inggris kini perlu menegosiasikan kembali kebijakan perdagangan dengan tiap negara anggota Uni Eropa. Hal ini penting karena 70% makanan dan produk pertanian Inggris dikirimkan ke Uni Eropa.

Sayangnya negosiasi dinilai sulit dan bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk meratifikasi. Inggris juga harus mencari cara mengolah kembali asuransi pertanian, pembayaran subsidi, dan program kepedulian terhadap lingkungan.

"Hal tersebut menempatkan banyak ketidakpastian di bidang pertanian," ujar David Hughes, profesor bisnis makanan di Imperial College, London. Ia menambahkan Uni Eropa menyediakan subsidi untuk petaninya. Ini mungkin tidak bisa direplikasi Inggris yang kini memlih sendiri.

Raphael Moreau selaku analis Euromonitor menjelaskan hingga perjanjian perdagangan dan persetujuan tarif disepakati serta diresmikan, orang-orang cenderung tidak ingin berinvestasi di bidang teknologi serta inovasi makanan di Inggris.

Mengenai stok dan harga makanan, konsumen dikabarkan tidak akan mendapati banyak perubahan dalam beberapa waktu ke depan. Ini karena banyak produsen telah memesan makanan dalam basis triwulanan. Ada waktu beberapa bulan sebelum harga makanan di Inggris merangkak karena persediaan masih mencukupi.

"Bahkan ketika harga makanan mulai berfluktuasi, konsumen mungkin tidak akan melihat persaingan antara pengecer di Inggris karena mereka bersaing ketat. Juga ada insentif yang menjaga harga tetap rendah," tambah Hughes.

Diantara produk makanan individual, analis Euromonitor memprediksi makanan manis, makanan siap saji, dan camilan adalah produk yang harganya peling terpengaruh diantara makanan kemasan lain. Namun analis memperingatkan lemahnya poundsterling dan kenaikan impor akan membuat harga buah dan sayur segar banyak terpengaruh.

Produk lain yang kenaikan harganya perlu diwaspadai adalah kopi. Biaya impor biji kopi yang tinggi bisa sebabkan kenaikan harga kopi. Terlebih permintaan kopi di Inggris banyak tumbuh selama satu dekade terakhir. Analis telah memperkirakan penjualan kopi akan turun sekitar 172 ton. (lus/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads