Kopi di dalam cone atau Cofee In a Cone adalah kreasi Dayne Levinrad, barista di The Grind, Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak diluncurkan bulan Januari, terdapat hampir 1 juta foto bertagar #coffeeinacone di media sosial.
Meski idenya sederhana yaitu hanya menempatkan kopi di dalam cone, unggahan foto ini ternyata menjadi viral. Dikutip dari CNN (20/05), Levinrad selaku kreator memutuskan kembali ke kampung halamannya di Johannesburg. Sebelumnya ia bekerja 4 tahun sebagai konsultan kopi di Brazil, Australia, dan Los Angeles.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Johannesburg memiliki sektor kopi yang kompetitif, tapi kopi belum diperlakukan istimewa di sini. Dari penelitian saya di Australia, saya tahu itulah cara yang dituju pasar," ujar Levinrad. Ia lalu menggabungkan es krim, kopi, dan cokelat dalam satu kreasi.
Kendala yang dihadapi ialah wafer terlalu tipis sehingga tidak kuat menampung isian kopi. "Kami membeli mesin dan mulai membuat wafer cones sendiri, menggunakan tepung berbeda, tetapi cokelatnya tetap leleh," tutur Levinrad. Menurutnya, cone tidak boleh bocor sama sekali.
Levinrad menggunakan 4 jenis cokelat compound untuk melapisi cone. Tiap lapisan cokelat dikeraskan dengan berbagai persentase konten kakao. Levinrad berujar, "Sekarang kami telah mematenkan semuanya. Ini adalah proses yang sangat sulit."
Penikmati Coffee In a Cone punya waktu 10 menit untuk meminum kopi sebelum 4 lapisan cokelatnya meleleh. Kopinya sendiri dibuat dari bijih kopi Amerika Selatan yang bercita rasa nikmat.
![]() |
Mengenai viralnya foto kopi dalam cone di Instagram, Levinrad mengaku sengaja mempopulerkannya. Pertama, ia membuat tagar #coffeeinacone. "Kami menggunakan cone sebagai cara untuk membuat produk terlihat cantik di Instagram. Begitu pengunjung mampir, mereka berfoto selfie dan menggunakan tagar tersebut," ujar Levinrad.
Ia lalu mempekerjakan pegawai khusus untuk megecek WhatsApp. Lewat WhatsApp, Levinrad membuka pemesanan online dan layanan antar.
![]() |
Strategi pemasaran The Grind yang kreatif menarik perhatian Aviv Weil selaku Creative Shop Facebook Afrika. "Ini adalah ide kopi paling inovatif yang saya liat dalam beberapa tahun teakhir," ujar Weil. Ia lalu menawarkan bantuan lewat Creative Shop yang khusus membantu pengembangan bisnis kecil. Mulai dari strategi merek hingga konsep kreatif.
Weil kemudian membimbing Levinrad dalam membangun ekosistem periklanan kreatif menggunakan Facebook, Instagram, WhatsApp, dan platform Messenger lain. "Kami lalu menggunakan aplikasi tren heatmap untuk memantau kemana tag itu berjalan. Ternyata ini sudah di seluruh dunia," pungkas Levinrad.
(adr/odi)